Rabu, 4 November 2009

Mujahadatunnafs (Mengendalikan Diri)



Tsaqafah Islamiyah

Oleh: Al-Ikhwan.net

Di dalam kehidupan ini setiap insan bertarung dengan dirinya sendiri. Adakalanya ia menang dan adakalahnya ia kalah atau ia tetap dalam pertarungan yang
tiada henti. Memang pertarungan ini tidak akan berhenti sehingga ajal
menjemputnya. Allah Berfirman:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا. َفَأْلهَمَهَا ُفجُورَهَا وَتَقْوَاهَا. قدْ َأفَْلحَ مَنْ زَكَّاهَا وََقدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

Demi diri manusia dan Yang menyempurnakan kejadiannya (dengan kelengkapan yang sesuai dengan keadaannya); Serta mengilhamkannya (untuk mengenal) jalan yang membawanya kepada kejahatan, dan yang membawanya kepada takwa; Sesungguhnya bahagialah orang yang menjadikan dirinya bersih dan bertambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan), Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya kotor dan terbenam dalam kekotoran maksiat. (Asy-Syams:7-10)

Inilah yang terkandung dalam sabda yang diisyaratkan oleh beliau saw:

تعرض الفتن على القلوب كالحصير عودا عودا فأيما قلب أشرﺑﻬا نكت فيها نكتة السوداء وأيما قلب أنكرها نكت فيها نكتة بيضاء حتى تصير على أحد قلبين :على أبيض مثل الصفاة فلا تضره فتنة والآخر أسود مربادا لا يعرف معروفا ولا ينكر منكرا

Fitnah akan melekat di hati manusia bagaikan tikar yang dianyam secara tegak-menegak antara satu sama lain. Hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga jika hati yang tidak dihinggapinya, akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbahagi dua: Sebagiannya menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Adapun sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti bekas tembaga berkarat, tidak menyuruh pada kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran. (Muslim dari Huzaifah bin Yaman)

Dalam pertarungan menghadapi nafsu manusia terbagi pada 3 golongan:

1. Golongan yang tunduk mengikut hawa nafsu mereka.

Mereka hidup dengan kemaksiatan di atas muka bumi ini dan ingin hidup kekal di dunia. Mereka adalah orang-orang kafir dan orang yang mengikuti jejak langkah mereka. Golongan ini lupa dan lalai (kebesaran dan nikmat) Allah, lalu Allah juga membiarkan mereka. Di dalam Al-Quran Allah menyifatkan mereka sebagai orang yang mempertuhankan hawa nafsu, Allah berfirman:

َأَفرََأيْتَ مَنِ اتَّخَذ إَِلهَهُ هَوَاهُ وََأضَلَّهُ اللَّهُ عََلى عِلْمٍ وَخَتَمَ عََلى سَمْعِهِ وََقلْبِهِ وَجَعَ َ ل عََلى بَصَرِهِ غِشَاوًَة َفمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ َأَفَلا تَذَكَّرُون

“Dengan yang demikian, bagaimana fikiranmu (wahai Muhammad) terhadap orang yang menjadikan hawa nafsunya: Tuhan yang dipatuhinya dan dia pula disesatkan oleh Allah karena diketahui-Nya (Bahwa dia tetap kufur ingkar) dan ditulikan pula atas pendengarannya dan hatinya serta ada lapisan penutup atas penglihatannya? Maka siapakah lagi yang dapat memberi hidayat petunjuk kepadanya sesudah Allah (menjadikan dia demikian)? Oleh karena itu, mengapa kamu (wahai orang-orang yang ingkar) tidak ingat dan insaf?. (Al-Jathiyah:23)

2. Golongan yang bermujahadah dan bertarung menentang hawa nafsunya.

Dalam menentang hawa nafsunya ada kalanya golongan ini mencapai kemenangan dan ada kalanya mereka kalah. Namun apabila terlibat dalam kesalahan mereka segera bertaubat. Begitu juga bila mereka melakukan maksiat mereka segera sadar dan menyesal serta memohon ampun kepada Allah. Allah berfirman:

وَالَّذِينَ إِ َ ذا َفعَلُوا فَاحِشًَة َأوْ َ ظَلمُوا َأنْفُسَهُمْ َ ذ َ كرُوا اللَّهَ فَاسْتَغَْفرُوا لِ ُ ذنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وََلمْ يُصِرُّوا عََلى مَا َفعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُو ن

“Dan juga orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat kepada Allah lalu memohon ampun akan dosa mereka dan sememangnya tidak ada yang mengampunkan dosa-dosa melainkan Allah dan mereka juga tidak meneruskan perbuatan keji yang mereka telah lakukan itu, sedangkan mereka mengetahui (akan salahnya dan akibatnya). (Ali Imran :135)

3. Golongan yang berada dalam genggaman syetan dan hawa nafsu sebagaimana bola berada di tangan anak kecil. Mereka menyerah diri mereka bulat-bulat kepada syetan dan hawa nafsu.

Inilah golongan yang dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya:

كل بني آدم خطاء وخيرا الخطاءين التوابون

“Setiap anak Adam (manusia) itu melakukan kesalahan, sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan (dosa) ialah mereka yang bertaubat. (Ahmad dan Tirmizi)

Sehubungan dengan pengertian inilah diriwayatkan satu kisah oleh Wahab Bin Munabbih yang mengatakan: “Sesungguhnya Iblis pernah bertemu dengan Nabi Allah Yahya bin Zakaria a.s, lalu Nabi Zakaria a.s berkata kepada Iblis: “Ceritakan kepadaku tabiat perangai manusia menurut pandangan kamu”. Lalu Iblis menjawab:

1. Golongan pertama dari manusia ialah seperti kamu ini. Mereka ini terpelihara (dari kejahatan dan dosa).

2. Golongan yang kedua adalah mereka yang berada dalam genggaman kami sebagaimana bola berada di tangan anak-anak kamu. Mereka menyerah diri mereka bulat-bulat kepada kami.

3. Golongan yang ketiga ialah golongan yang sangat sukar untuk kami kuasai mereka. Kami menemui salah seorang dari mereka dan kami berhasil memperdayakannya dan mencapai hajat kami tetapi ia segera memohon ampun (bila ia sadar) dan dengan istighfar itu rusaklah apa yang kami dapati darinya. Maka kami tetap tidak berputus asa untuk menggodanya dan kami tidak akan mendapati hajat kami tercapai.

Sendi-sendi Kekuatan Dalam Memerangi Nafsu.

1. Hati:

Hati akan menjadi benteng yang kuat dalam memerangi nafsu ketika hati itu hidup, lembut, bersih. Sayidina Ali dalam pesannya mengatakan:

“Sesungguhnya Allah SWT mempunyai bejana di atas buminya yaitu hati-hati … maka hati yang paling disukai oleh Allah SWT ialah hati yang lembut, bersih dan teguh. Kemudian Sayidina Ali mentafsirkan (kalimat tersebut dengan) katanya: terguh dalam berpegang pada agama Allah, bersih di dalam keyakinan dan lembut terhadap saudara-saudara mukmin.

Sayidina Ali juga berkata: “Hati seorang mukmin itu bersih, terdapat padanya pelita yang bercahaya. Hati seorang kafir itu hitam serta berpenyakit”.

Al-Quran Al-Karim memberi gambaran tentang hati orang-orang mukmin seperti Allah Berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُو َ ن الَّذِينَ إِ َ ذا ذُكِرَ اللَّهُ وَجَِلتْ قُلُوبُهُمْ وَإِ َ ذا تُلِيَتْ عََليْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا

“Orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gemetarlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman mereka. (Surah Al-Anfal 8: Ayat 2)

Dalam menggambarkan sifat-sifat hati orang kafir pula Allah menjelaskan:

َفإِنَّهَا َلا تَعْمَى اْلَأبْصَارُ وََلكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

“Karena keadaan yang sebenarnya bukanlah mata kepala yang buta, tetapi yang buta itu ialah mata hati yang ada di dalam dada. (Al-Hajj: 46)

Allah juga berfirman:

َأَفَلا يَتَدَبَّرُو َ ن الُْقرْءَا َ ن َأمْ عََلى ُقُلوبٍ َأقَْفاُلهَا

“(Setelah diterangkan yang demikian) maka adakah mereka sengaja tidak berusaha memahami serta memikirkan isi Al-Quran? Atau telah ada di atas hati mereka kunci penutup (yang menghalangnya daripada menerima ajaran Al-Quran)?. (Muhammad :24)

2. Akal:

Akal adalah (ciptaan Allah) yang dapat melihat, mempunyai daya memahami sesuatu, mampu membedakan dan dapat menyimpan sesuatu pemahaman dari ilmu-ilmunya di mana dengan ilmu itu kelak ia dapat mendekatkan diri dengan Allah, mengetahui keagungan Allah serta kekuatan-Nya. Akal seperti inilah yang dimaksudkan oleh Allah Berfirman:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

“Sebenarnya yang menaruh bimbang dan takut (melanggar perintah) Allah dari kalangan hamba-hambaNya hanyalah orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Pengampun. (Fatir:28).

Rasulullah saw menyebut betapa tingginya nilai akal ini dalam sabdanya:

ما خلق الله خلقا أكرم عليه من العقل

“Allah tidaklah mencipta suatu kejadian yang lebih mulia dari akal”. (At-Tirmizi al-hakim dalam “An-Nawadir” dengan sanad dha’if.)

Rasulullah saw berpesan kepada Sayidina Ali Karramallahu wajhah:

إذ تقرب الناس إلى الله تعالى بأنواع البر فتقرب أنت بعقلك

“Apabila manusia mendampingi Allah dengan melakukan berbagai amalan kebajikan maka engkau dampingilah Allah dengan akal fikiran engkau”. (An-Nu’aim dalam “Hilyah” dengan sanad dha’if.)

Beliau juga bersabda:

ما اكتسب رجل مثل فضل عقل يهدي صاحبه إلى هدى ويرده عن ردي

“Tidaklah beruntung seorang lelaki (dengan satu pemberian) dibandingkan dengan kelebihan karunia akal yang dapat membimbing pemiliknya kepada petunjuk dan menahannya dari perkara yang buruk”. (Al-Mujbir)

Oleh karena betapa tingginya nilai akal, maka Islam menganjurkan agar akal diisi dengan ilmu dan ma’rifah serta mendalami segala urusan agama agar dengan ilmu-ilmu itu akal menjadikannya sebagai sebab akibat yang memandu segala tindakan, membedakan di antara yang buruk dengan yang baik, di antara yang hak dengan yang batil sebagaimana Rasulullah saw bersabda:

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan pada dirinya diberikan kefahaman yang mendalam dalam agama”. (Bukhari dan Muslim)

Sabda beliau lagi:

فضل العالم على العابد كفضلي على أدنى رجل من أصحابي

“Kelebihan (keutamaan) seorang ‘alim atas seorang ‘abid (ahli ibadah) adalah seperti kelebihanku atas orang yang paling rendah dari sahabat-sahabatku”.

Semua ini membuktikan betapa tingginya nilai dan kedudukan akal dalam proses membina kekuatan insan di dalam diri manusia. Dengannya manusia dapat mengenali serta dapat menyelami hakikat alam semesta dan rahasianya.

Oleh yang demikian akal seorang mukmin itu adalah akal fikiran yang waras, dapat membedakan buruk dan baik, halal dan haram, kebaikan dan kemungkaran karena ia melihat segala perkara dengan cahaya Allah yang dapat menembus dibalik tutupan yang halus. Allah Berfirman:

وَمَنْ َلمْ يَجْعَلِ اللَّهُ َلهُ نُورًا َفمَا َلهُ مِنْ نُورٍ

“Dan (ingatlah) Barangsiapa yang tidak dijadikan Allah menurut undang-undang peraturanNya mendapat cahaya (hidayat petunjuk) maka dia tidak akan beroleh sebarang cahaya (yang akan memandunya ke jalan yang benar). (An-Nur :40).

Cahaya akal seseorang mukmin itu senantiasa bersinar, tidak dapat dipadamkan kecuali oleh kerja-kerja maksiat yang terus menerus, dilakukan pula secara terang-terangan dan tidak pula diikuti dengan taubat. Rasulullah saw menjelaskan:

لولا أن الشياطين يهمون على قلوب بني آدم لنظروا إلى ملكوت السموات والأرض

“Kalaulah tidak karena syaitan-syaitan itu mengelilingi hati anak-anak Adam niscaya mereka dapat melihat (merenung) kerajaan Allah di langit dan di bumi”. (Imam Ahmad daripada Abu Hurairah)

Anas bin Malik r.a menceritakan:

لما دخلت على عثمان رضى الله عنه وكنت قد لقيت إمرأة في طريقي فنظرت إليها شزرا وتأملت محاسنها فقال عثمان لما دخلت: يدخل أحدكم وآثر الزنا على عينيه أما علمت أن زنا العينين النظر؟ لتتوبن أو لأعزرنك؟ فقلت أوحى بعد النبي؟ فقال: لا ولكن بصيرة وبرهان وفراسة صادقة

“Semasa aku masuk menemui Usman bin Affan r.a aku bertemu seorang wanita dalam perjalanan, lalu aku sempat mengerling memandangnya dan tertarik kepada kecantikannya. Lalu semasa aku menemuinya Othman berkata kepadaku: “Seorang dari kamu menemuiku sedangkan kesan zina kelihatan pada kedua matanya”. Adakah engkau mengetahui Bahwa zina mata itu ialah memandang? Hendaklah kamu bertaubat atau aku akan mengenakan hukuman takzir. Lalu akupun bertanya? Adakah lagi wahyu (kepadamu) selepas Nabi? Maka Othman menjawab: “Tidak, tetapi (dengan pandangan) basirah hati burhan dan firasat yang benar”.

Tanda-tanda matinya Jiwa

Apabila hati manusia telah mati atau menjadi keras, apabila hati manusia telah menjadi padam dan tidak bersinar lagi atau apabila ia telah tumpas dalam pertarungannya menghadapi syaitan maka terbukalah pintu-pintu masuk segala kejahatan terutama ke dalam dirinya, karena syaitan itu meresap ke dalam diri anak Adam sebagaimana pengaliran di dalam tubuhnya.

Sebenarnya apabila benteng pertahanan dan kekuatan manusia telah runtuh maka syaitan akan kembali menjadi teman karibnya sebagaimana Allah Berfirman:

اسْتَحْوَ َ ذ عََليْهِمُ الشَّيْطَا ُ ن َفَأنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ

“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa kepada Allah”. (Al-Mujadalah:19)

Inilah kandungan maksud yang dibayangkan oleh Al-Quran Al-Karim yang menyatakan: Kisah ini di sebut oleh at-Tajas-Subki dalam “At-Tabaqat”. Lihat Tafsir Ibn. Kathir; surah al-Hijr: 75.

قَا َ ل َفبِمَا أغوَيْتَنِي َلَأقْعُدَنَّ َلهُمْ صِرَا َ طكَ اْلمُسْتَقِيمَ ُثمَّ َلآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ َأيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ َأيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وََلا تَجِدُ َأكَْثرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Iblis berkata: Oleh karena Engkau (wahai Tuhan) menyebabkan daku tersesat (maka) demi sesungguhnya aku akan mengambil tempat menghalangi mereka (dari menjalani) jalanMu yang lurus; Kemudian aku datangi mereka, dari hadapan mereka serta dari belakang mereka, dan dari kanan mereka serta dari kiri mereka dan Engkau tidak akan dapati kebanyakan mereka bersyukur. (Al-A’raf:16-17)

Sebenarnya selain dari penyakit di atas terdapat satu penyakit lain yang paling berbahaya iaitu penyakit was-was, syaitan menyebabkan mereka merasa was-was dalam setiap urusan hidup mereka dengan tujuan memnyimpangkan mereka dari jalan Allah. Dalam hal ini Rasulullah bersabda:

إن الشيطان قعد لإبن آدم بطريق فقعد له بطريق الإسلام فقال: أتسلم وتركت دينك ودين آبائك؟ فعصاه وأسلم ثم قعد له بطريق الهجرة فقال: أﺗﻬاجر؟ أتدع أرضك وسماءك؟ فعصاه وهاجر ثم قعد له بطريق الجهاد فقال: أتجاهد وهو تلف النفس والمال فتقاتل فتقتل فتنكح نساؤك

“Sesungguhnya syaitan itu menghasut anak Adam dengan berbagai cara. Lalu (pertamanya) ia menghasut melalui jalan agama Islam itu sendiri dengan berkata: Apakah kamu menganut Islam dan meninggalkan agamamu dan agama nenek moyangmu? Anak Adam enggan mengikutinya dan tetap berpegang dengan Islam. Kemudian dia menghasut pula di jalan hijrah, lalau dia berkata: Adakah anda ingin berhijrah meninggalkan tanah air dan kampung halaman? Lalu anak Adam mengingkarinya dan tetap berhijrah. Kemudian syaitan menghasut pula di jalan jihad dengan berkata: “Adakah engkau ingin sedangkan jihad itu membinasakan jiwa dan harta benda engkau, kemudian engkau berperang lalu engkau dibunuh, kemudian isteri engkau dikahwini orang dan harta kekayaan engkau dibahagi-bahagikan. Lalu anak Adam tetap mengingkari syaitan dan terus berjihad. Kemudian Rasulullah saw bersabda: Maka Barangsiapa yang bersikapdemikian kemudian ia mati maka adalah hak Allah SWT memasukkannya ke dalam syurga”. (An-Nasa’i)

Alangkah baiknya jikalau anda dapat menatap kisah antara syaitan dan seorang Rahib Bani Israil dalam tafsir ayat Surah Al-Hasyr 59: Ayat 16.

َ كمََثلِ الشَّيْطَانِ إِ ْ ذ قَا َ ل لِْلإِنْسَانِ ا ْ كُفرْ َفَلمَّا َ كَفرَ قَا َ ل إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي َأخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَاَلمِينَ

“Bujukan orang-orang munafik itu) samalah dengan (pujukan) syaitan ketika dia berkata kepada manusia: Kufurlah kamu. Maka tatkala manusia itu telah kafir dia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam”.

Cara-cara Menghalang Godaan Syaitan.

Bagi setiap manusia yang ingin menghadapi hasutan syaitan dan serangan-serangan Iblis, Islam telah menunjukkan kepada manusia berbagai perkara yang dapat membantunya bertahan menghadapi pertarungan dengan syaitan sehingga berhasil menewaskan musuh ketatnya itu. Cara tersebut telah dirumuskan oleh seorang dari para salihin dengan katanya:

“Saya telah merenung dan memikirkan cara-cara dari pintu manakah syaitan masuk ke dalam diri manusia, ternyata ia masuk ke dalam diri melalui sepuluh pintu:

1. Tamak dan buruk sangka, maka aku menghadapinya dengan sifat menaruh kepercayaan dan berpangku dengan apa yang ada.

2. Cinta kehidupan dunia dan panjang angan-angan, lalu aku menghadapinya dengan perasaan takut terhadap kedatangan maut yang bisa terjadi kapan saja waktunya.

3. Cinta kemewahan dan foya-foya, lalu aku menghadapinya dengan keyakinan bahwa kenikmatan itu akan hilang dan balasan buruk pasti menanti.

4. Kagum terhadap diri sendiri (’Ujub), lantas aku menghadapinya dengan rasa berhutang budi kepada Allah dan kepada akibat yang buruk.

5. Memandang rendah terhadap orang lain dan tidak menghormati mereka, lalu aku menghadinya dengan mengenali hak-hak mereka serta menghormati mereka secara wajar.

6. Hasad (dengki), lalu aku menghadapinya dengan sifat qana’ah dan ridha terhadap karunia Allah kepada makhluknya.

7. Riya’ dan suka pujian orang. Lalu aku menghadapinya dengan ikhlas.

8. Bakhil (kikir), lalu aku menghadapinya dengan menyadari bahwa apa yang ada pada makhluk akan binasa dan yang kekal itu berada di sisi Allah.

9. Takabbur (membesarkan diri), lalu aku menghadapinya dengan rasa tawadhu’.

10. Tamak, lalu aku menghadapinya dengan mempercayai ganjaran yang disediakan di sisi Allah dan tidak tamak terhadap apa yang ada di sisi manusia.

Di antara arahan-arahan yang di anjurkan oleh Islam sebagai jalan untuk mengelak serangan dan tipu daya syaitan ialah agar senantiasa seseorang itu mengingat Allah pada setiap memulai pekerjaan.

Satu riwayat dari Abu Hurairah menyebutkan:

“Syaitan bagi orang-orang mukmin telah bertemu syaitan bagi orang-orang kafir, lalu di dapati syaitan bagi orang-orang kafir dalam keadaan gemuk montel sedangkan syaitan bagi orang-orang mukmin dalam keadaan kurus kering bertelanjang dan kusut masai. Lalu syaitan bagi orang-orang kafir itu bertanya kepada syaitan bagi orang-orang mukmin: Kenapa kamu kurus kering?. Lalu ia menjawab: “Aku bersama seorang lelaki yang apabila ia makan ia menyebut nama Allah, lalu aku terus kelaparan, apabila ia minum ia menyebut nama Allah, lalu aku terus dalam keadaan dahaga, apabila ia memakai pakaian ia menyebut nama Allah menyebabkan aku terus bertelanjang. Apabila ia memakai minyak rambut juga ia menyebut nama Allah menyebabkan aku terus kusut masai”.
Kemudian syaitan bagi orang-orang kafir itu berkata: “Tetapi aku bersama lelaki yang tidak berbuat demikian sedikitpun, maka aku bisa mendapat makan, minum dan pakai dengannya”.

Di antara cara-cara untuk dijadikan kubu pertahanan menghadapi tipu daya dan godaan syaitan ialah dengan cara:

1. Janganlah terlalu kenyang apabila makan meskipun menghadapi makanan yang baik dan halal karena Allah berfirman:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وََلا تُسْرِفُوا

“Makanlah dan minumlah, tetapi jangan kamu berlebihan”. (Al-A’raf : 31)

Rasulullah saw juga bersabda mengingatkan, maksudnya:

“Sesungguhnya syaitan itu berjalan dalam tubuh anak Adam mengikut perjalanan darah. Oleh itu sempitkanlah pintu masuknya dengan kelaparan”. (Ahmad)

2. Membaca Al-Quran, berzikir mengingati Allah dan memohon ampunan sebagaimana yang diperintah oleh Rasulullah saw:

“Sesungguhnya syaitan itu meletakkan belalainya ke atas hati anak Adam, maka jika ia mengingati Allah ia pun lari daripadanya, jika sekiranya ia lupakan Allah syaitan akan mengunyah hatinya”. (Ibnu Abi Dunya)

3. Tidak tergopoh gopoh dalam sembarang pekerjaan karena mengingati pesanan Rasulullah saw:

“Bergopoh-gopoh (terburu-buru) itu adalah dari syaitan dan berhati-hati itu dari Allah”. (ibn Abi Shaibah, Abu Ya’la dan al-Baihaqi. At-Tirmizi meriwayatkan Hadits sepertinya dan Al-Albani mengetakan :Snadnya Hasan.)

Sebenarnya ruang ini adalah terbatas untuk menyebutkan semua sebab, amalan dan pesan-pesan yang dianjurkan oleh Islam untuk menjaga diri dari serangan dan godaan syaitan. Marilah kita melihat Allah Berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ اتََّقوْا إِ َ ذا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَ َ ذكَّرُوا َفإِ َ ذا هُمْ مُبْصِرُو َ ن

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, apabila mereka disentuh oleh sesuatu imbasan hasutan dari Syaitan, mereka ingat (kepada ajaran Allah) maka dengan itu mereka nampak (jalan yang benar). (Al-A’raf :201).

Wahai Hati......Manisnya Ukhuwwah......

Assalamua'laikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Bismillahirrahman arrahim

Pagi tadi aku keluar sarapan dengan ikhwah2 daripada UTP. Sebab utamanya nak ambil buku yang aku nak pinjam daripada akh Umair. Buku manhaj Haraki tulisan Syeikh Munir Ghadban. Aku dah mintak minggu lepas, tapi dia asyik terlupa nak bagi. Jadi untuk balas dendam dia ajak untuk sarapan skali. (Balas dendam??)Sampai kat kedai atap biru, aku tongkat motor, eh! jumpa lak ikhwah islah tengah makan ngan kawan-kawan diorang. Aku jalan ke arah diorang dan tegur dengan mesra. Lagi pun mereka adlah antara ikhwah Islah yang sangat rapat dengan ku dulu. Subhanallah, Allah mempertemukan aku dengan ikhwah2 Islah selepas aku agak tiga minggu aku tak jumpa mereka.

Ok, berbalik pada cerita asal, Umair, Pale dan aku makan bersama sarapan pagi tu. Umair makan nasi lemak-teh O, Pale nasi lemak ngan kopi O, aku plak macam biasa kalau ke atap biru musti nak makan roti canai dia punya dgn teh panas. Kami bertanya khabar tentang iman dan dakwah masing-msing. Aku sempat tanya Umair ngan Pale tentang persediaan utk exam. Diorang kata tengah prepare walaupun diorang takde 'study week'. Apalah UTP nih, takde study week plak. Cerita berterusan kepada tulisan di blog Umair tentang mimpi. Kat situ dia tulis pasal dia mimpi kawin. Kami berbual sambil gelak ketawa sampai orang kat sebelah pn heran dan senyum kat kami sebab mungkin tengok kami nih 'happy go lucky'.

Dalam masa berbual tu, aku terfikir tentang alangkah manisnya kalau semua orang dapat merasakan apa yang kami tengah rasakan. Manisnya berukhuwwah kerana cintakan Allah. Bertemu bukan kerana apa-apa selain kerana rindu kepada saudara seiman. Pabila bertemu topik yang diperkata adalah tentang dakwah, kebajikan ikhwah, dan tentang iman. Bukan seperti sesetengah manusia yang pabila bertemu maka yang diperkata adalah berkenaan sesuatu yang selain daripada iman, termasuklah muvie, games, mengumpat (nauzubillah), memfitnah dll.

Aku merasakan ada ketenangan dan keriangan yang meresap masuk dalam hati ku apabila aku bertemu dengan ikhwah yang sama-sama berjuang atas jalan dakwah fisabilillah. Bagaimana mungkin seseorang itu akan merasakan tawarnya dakwah sekiranya dia berada dalam lingkungan yang sentiasa menyokong dan melatihnya utk terus ikhlas, tsabat dan sabar utk terus berjalan di atas jalan dakwah? Aku tak dapat bayangkan bagaimana seseorang yang tidak dapat merasakan nikmatnya berukhuwwah di jalan Allah. Oh..alangkah manisnya sebuah ukhuwwah kerana Allah.

Terima kasih ya Allah kerana masih mengurniakan kepada ku nikmat untuk aku berukhuwwah dengan hamba-hamba-Mu yang sedang berjuang di jalan Mu.

Wallahu a'lam

Rabu, 28 Oktober 2009

Lagu Muhasabah Sabar Untuk Semua

Mungkinkah saja kamu tersenang,
Melihat musibah di hadapan mu,
Bolehlah saja kamu menangis,
Semua dibalik itu Allah memberinya kebaikan,

Kabarkan berita gembira bagi yang sabar,
Bila datang musibah dia ucapkan,
INNALILLAHI WAINNA ILAIHI RAJIUN,
KAmi milik Allah akan kembali pada Allah,

Kamu kan mendapatkan,
tempat dan kedudukan,
Yang mulia di sisi Allah

Janganlah kamu bersangka buruk,
Mari pujilah Allah walau dalam bencana,
Allah menguji ketaatan mu,
Dengan rasa takut, lapar sengsara jiwa raga,

Wahai orang beriman bersabarlah,
Bangkitlah tingkatkan taqwa kepada Allah,
Dimana ada suatu kesulitan,
Di sana ada dua jalan,
Bagi mu kemudahan....

New Sakha
(BERITA GEMBIRA)

Terus Berjalan...Tuk Sampai Ke Destinasi....

Assalamua'laikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Bismillahirrahman arrahim.

Alhamdulillah, syukur kepada Allah, pentadbir alam semesta, yang menguasai langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya.
Sholawat dan salam ke atas junjungan besar, nabi kecintaan, penghulu bagi kaum muslimin, Rasulullah Muhammad s.a.w, keluarga dan para sahabat wa sahabiah baginda, tabi'in, athba uttabi'in, salaf as sholeh, para pejuang agama yg ikhlas untuk terus memikul tanggungjawab da'wah dan jihad. Mudah-mudahan Allah memeperdudukkan kita bersama dengan mereka; yang telah terbukti dalam merealisasikan pancaran iman di hati mereka dengan amal mereka yang sungguh amat hebat.

Ikhwatil kiroom, wa akhawatul kareemat,

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Al-Kareem dgn firman-Nya :

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun " (Al-Baqarah (2):155-156)

Dalam ayat di atas, dengan jelas bahawa Allah akan memberikan cubaan dan ujian kepada orang-orang yg beriman dengan cubaan ketakutan, kelaparan, kurang harta, jiwa dan buah-buahan. Lalu, cuba kita muhasabah diri sendiri atas apa yang telah terjadi dalam diri kita selama mana kita hidup di dunia.
Bagi aku, selepas berlaku beberapa peristiwa yang begitu banyak menguras masa, tenaga, pemikiran dll, maka muhasabahlah yang menjadi ubat yang paling baik untuk aku kembalikan semangat untuk kembali berjalan selepas aku terjatuh semasa berjalan dulu. Cuba kita imbas balik bagaimana pendahulu kita telah di cuba oleh Allah SWT dgn cubaan yg Maha dahsyat, bahkan sekiranya kita merasakan bahawa cubaan yg Allah berikan kepada kita adalah cubaan yg berat, maka mari kita lihat bagaimana para pendahulu kita yg mulia di cuba oleh Allah SWT.

FASA MAKKAH

Ikhwati fillah, pada masa ini bagaimana kita ketahui, ramai sahabat yg diuji Allah SWT dengan siksaan dan penderitaan yang dahsyat, sehingga ada di antara mereka yang syahid di jalan Allah. Mari kita lihat bagaimana terseksanya keluarga Yassir sewaktu disiksa oleh Abu Jahal di padang pasir yang panas membara. Kalau kita, dengan panas Malaysia pun dah tak tahan, bagaimana mungkin dengan panas padang pasir. Bahkan ikhwah sekalian mereka bukan sahaja dipanggang dibawah mentari yang terik, mereka juga diseksa dengan siksaan yang pedih oleh manusia yang bapak segala kejahilan (baca Abu Jahal). Bagaimana Yassir ditombak, Sumayyah diregangkan tangan dan kakinya kemudian ditombak kemaluannya sehingga keduanya (Yassir & Sumayyah) syahid kerana siksaan itu.
Dalam 'scene' lain, Bilal bin Rabbah, pemilik bunyi terompah yang terdengar oleh Rasulullah di syurga semasa isra' dan mi'raj, diheret oleh tuannya Umayyah bin khalaf ke padang pasir, diregangkan kaki dan tangannya, kemudian ditindih atas dadanya seketul batu yang besar yang menyebabkan dadanya sesak. Kemudian disebat dan dipaksa untuk dia kufur pada Allah.

Ikhwah fillah sekalian Allah mengabadikan dalam Al-quran bagaimana beratnya ujian yang menimpa para pendahulu kita yang mulia sehingga mereka mengatakan sebagaimana ayat berikut :

"...Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan pelbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang beriman bersamanya berkata, "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" (al-Baqarah (2):214)

Namun ikhwah fillah sekalian, tidak seorang pun antara mereka yang berpaling daripada cahaya Allah, tidak seorang pun daripada mereka yang kembali kepada agama mereka yang asal. Bahkan mereka kembali kepada Rabb mereka dengan berjaya membawa bukti bahawa mereka telah mempertahankan agama mereka dengan nyawa mereka.

FASA MADINAH

Dalam peristiwa perang Khandaq atau Perang Ahzab, para sahabat telah mengikatkan 2 biji batu ke perut mereka masing-masing kerana menahan lapar akibat daripada ketiadaan makanan, namun ikhwah fillah alngkah terkejutnya mereka melihat yang Rasulullah mengikatkan 3 biji batu ke perut Baginda yang mulia kerana lapar yang melebihi laparnya para sahabatnya.

Dalam peristiwa perang Dzatur Riqa, para sahabat telah melalui satu perjalanan yang panjang dan perlu melalui padang pasir yang panas sehingga menyebabkan kuku kaki mereka tercabut namun itu tidak menjadikan mereka terpukul untuk mundur jauh sekali daripada berpaling daripada perjuangan ini.


Sebab itu lah ikhwah sekalian Allah memberikan kita ayat yang tersebut ini :


"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya). (Al Ahzab: 23)


Berbalik kepada permasalahan kita selepas daripada bencana yang melanda jamaah beberapa minggu yang lalu. Bencana yang hampir melumpuhkan seluruh gerak kerja da'wah dalam negara, bencana yang menguras semangat para dai dan daiyah, bencana yang menyita tenaga ikhwah dan akhowat untuk bertenang. Maka kita katakan kepada mereka semua bahawa, "Wahai ikhwah dan akhowat ku sekalian, ini adalah cubaan Allah ke atas kita, ini adalah masanya untuk kita melihat kembali janji-janji yang telah kita patrikan kepada Allah iaitu kita akan tetap terus untuk berda'wah walau apa pun cubaan dan rintangan yang dilalui.

Ikhwati Ilallah, inilah masanya untuk kita beramal dengan ayat yang selalu kita perdengarkan kepada anak halaqah kita supaya mereka bersabar dengan ujian Allah, inilah masanya untuk kita beramal dengan ayat quran bahawa setiap orang yang mengaku beriman itu akan di uji oleh Allah :

"Adakah kamu mengira bahawa kamu akan masuk syurga padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yg dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu...." (al-Baqarah (2):214)

"Adakah manusia mengira bahawa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?" (al-Ankabuut (29):2)


Maka ketahuilah ikhwah fillah sekalian bahawa setiap daripada penderitaan, kesakitan, kekurangan dan cubaan yang datang kepada kita, sekiranya kita bersabar dan redha dalam setiap dugaan yang diberika oleh Allah maka, sedarlah bahawa kita telah melakukan suatu urus niaga dengan Allah Azza wa Jalla dengan Allah menawarkan untuk membeli iman kita, pengorbanan kita, susah senang kita, jerit perih kita dengan menawarkan syurga untuk kita semua.

Wahai ikhwah fillah ku sekalian adakah tawaran syurga itu tidak bisa menenangkan hati-hati kita? Adakah dengan tawaran syurga itu tidak bisa mengubat kedukaan kita yang menderita? Adakah tawaran syurga itu tidak dapat menyebabkan kita menguntumkan senyuman setiap kali datangnya cubaan dan dugaan daripada Allah. Maka ikhwah fillah sekalian bergembiralah dengan jual beli yang telah, sedang dan akan kita lakukan seterusnya kerana pembelinya adalah Allah, Sang Pembeli yang akan terus membayar harga tinggi kepada setiap barang dagangan yang si mujahid wa mujahidah fisabilillah tawarkan kepada Nya.

Adakah ini akan menyebabkan kita berhenti daripada melaju untuk terus berjuang fisabililah pada jalan da'wah ?

Tepuk dada tanya Iman.....

"Sesungguhnya Allah membeli daripada orang mu'min, baik diri mahupun harta mereka dengan memberikan syurga kepada mereka. Mereka berperang dijalan Allah, sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalan Taurat< Injil dan al-Quraan. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itu lah kemenangan yang agung " (at_Taubah (9):111)


Wallahu a'lam

Rabu, 21 Oktober 2009

Bencana Sudah Berlalu.....

Assalamua'laikum warohmatullahi wabarokatuh....

Bismillahirrahmannirrahim........

Segala puji bagi Allah, tuhan sekalian alam, yang menciptakan diri ku dan diri mu, yang menguasai perjalanan setiap apa yang ada di langit dan di bumi. Sesungguhnya kita manusia adalah sangat lemah....sangat lemah kemampuannya dibandingkan Dia. Namun adakah kita manusia ini mahu mengambil pelajaran?

Sudah lebih kurang 3 minggu, berlalu sudah musibah yang menimpa aku. Dalam pada 3 minggu masa yang berlalu, macam-macam yang aku dengar, lihat dan lalui. Dalam 3 mnggu ni, aku banyak belajar dengan kehidupan.

Dapatlah aku dengar bagaimana sebagian daripada manusia yang terpercaya (dahulu), dengan tidak segan silu, dengan tanpa rasa bersalah, dengan mencari2 dalil menghalalkannya menaburkan fitnah dan keburukan terhadap seorang pejuang da'wah. Dalam masa 3 minggu ini juga, aku dapat lihat bagaimana ramai yang kecundang dalam arus fitnah dan keburukan yang berlaku, sehingga sebahagian orang itu tidak lagi dapat berfikir dengan waras, dengan benar, berlandaskan al-Quran dan Hadith.

Bila mana datang ayat Allah supaya kita 'tabayyun' @ menyiasat setiap berita, setiap apa yang datang, maka di mana orang2 yang dahulunya begitu fasih dan lancar dalam mengungkapkan ayat itu sekarang? Ketika mana keadaan kelam kabut, kucar-kacir, dan kacau-bilau, adakah pantas bagi seorang pembaca al-Quran dan pengikut Muhammad s.a.w itu lupa pada peringatan Allah supaya menyiasat berita yang mengkucar-kacirkan saf da'wah?

Ya allah betapa mudahnya manusia itu terlupa. YA Allah betapa lemahnya manusia dalam menghadapi ujian dari Mu, Ya Allah, ampunilah aku dan mereka.

InsyaAllah akan ku sambung semuala......

p/s : aku sebenarnya dah lama tak menulis, namun sekarang aku rasa aku perlu menulis kembali untuk aku ungkapkan apa yang telah berlaku, untuk pengajaran bagiku dan orang lain, InsyaAllah.

Khamis, 6 Ogos 2009

Perbaiki Diri, Ajak Orang Lain (2) - dr Site Eramuslim

Tujuan memperbaiki diri adalah untuk mewujudkan pejuang dakwah yang sahih. Tujuan menyeru orang lain adalah untuk memperbanyak golongan mukmin yang benar.

Dari Buku: Thariqud Dakwah atau Jalan Dakwah

Penulis: Syaikh Mustafa Masyhur

Perbaikilah dirimu dan ajak orang lain. Itulah pertama untuk satu-satunya jalan dalam rangka membangun persatuan kaum muslimin, meninggikan mereka supaya mereka dapat menduduki tempat yang wajar sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah, sebagai golongan manusia yang memberi pengajaran kepada manusia serta menunjukkan mereka kepada siratul mustaqim.

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah." [Ali Imran (3) : 110]

"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (pebuatan) kamu." [Al-Baqarah(2): 143]

Tujuan memperbaiki diri adalah untuk mewujudkan pejuang dakwah yang sahih. Tujuan menyeru orang lain adalah untuk memperbanyak golongan mukmin yang benar. Kemudian mereka akan mengikat janji untuk bersaudara dan berkasih sayang untuk menjadi satu dasar yang kokoh yang mempunyai iman yang teguh.

Di atasnyalah didirikan bangunan Islam yang menjulang tinggi yang merealisasikan kebenaran dan menghapuskan kebatilan, hingga muslimin menjadi pemimpin dunia dan beroleh bahagia di akhirat dan akhirnya janji Allah menjadi nyata di hadapan manusia.

"Dialah yang mengutuskan RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkannya terhadap semua agama. Cukuplah Allah sebagai saksi." Al-Fath (: 28

Kita telah membahas bagian pertama tentang memperbaiki diri dengan uraian serba ringkas serta beberapa penekanan. Sebelum saya membahas bagian kedua, yaitu mengajak orang lain kepada Allah, sebaiknya saya mengingatkan bahwa orang yang kita seru untuk melalui jalan Allah, melalui jalan dakwah Islam, bahwa apa yang kita serukan kepadanya adalah semata-mata untuk memperbaiki dirinya dan menyeru manusia kepada Allah. Ini merupakan perkara yang terpenting dalam urusan hidup mereka bahkan inilah perkara yang menentukan hidup mereka. Oleh karena itu, siapa yang layak dalam perkara itu wajiblah ia memberi perhatian yang utama dan pertama kepada perkara itu.

Sesungguhnya kita menyeru dia dan manusia kepada satu perniagaan yang tidak merugikan. Perniagaan yang melepaskan kita dari azab Allah. Dan ada padanya nikmat yang kekal, yaitu syurga dan tempat-tempat kediaman yang baik. Di samping itu ada padanya pertolongan dan pemberian kuasa dari Allah:

"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan satu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan rasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai 'Adn'. Itulah keberuntungan yang besar. Dan ada lagi kurnia yang lain yang kamu sukai yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat waktunya. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. " As-Saff: 9-13

Ini adalah satu urusan yang penting dan besar. Sesungguhnya kita menyeru para aktivis dakwah supaya menyerahkan diri dan segala apa yang ada pada mereka untuk perjuangan di jalan Allah. Kemudian, mereka juga mengajak yang lain untuk menyerahkan dirinya dan segala apa yang ada padanya di jalan Allah.

Kita tidak menyeru manusia supaya membeli saham di dalam satu rancangan perniagaan atau pertanian atau perusahaan untuk melipatgandakan harta saudara yang berlebihan dari keperluan saudara. Tetapi kita menyeru saudara kepada satu perniagaan dengan Allah.

Dialah, Allah, yang membeli dari kita, diri kita dan harta kita dengan harga yang mahal. Ketahuilah bahwa harganya adalah syurga yang seluas langit dan bumi. Maka adakah lagi di sana satu perkara yang dapat menandingi perkara yang paling besar dan menentukan kesudahan kita?

Sekiranya para pengusaha dan ahli perniagaan dunia mengorbankan usaha mereka untuk melariskan barang perniagaan mereka, memajukan rancangan mereka, menyebarkan iklan barang-barang mereka, mempamerkan dengan baik dan menarik hati manusia padanya dan menonjolkan keuntungan yang diperolehi daripadanya. Alangkah baiknya kita mengorbankan segala usaha kita untuk dakwah di jalan Allah, dakwah Islam yang memang lebih layak menerima layanan dari kita.

Kita tunjukkan dakwah itu kepada manusia dengan cara yang sebaik-baiknya. Kita kemukakan kepada mereka, menggembirakan hati mereka supaya mereka dapat menerima dengan senang dan puas hati. Kita mesti bersabar melakukannya. Alangkah besarnya keuntungan yang akan pulang kepada pendukung dakwah yang menyeru manusia kepada Allah dan orang yang diseru apabila dia menyahut seruan pendukung dakwah Islam.

Urusan dakwah kepada Allah tidak dapat disimpulkan dengan satu atau dua tajuk rencana, tetapi kita perlu merujuk kembali kepada buku-buku, risalah-risalah dan artikel-artikel yang ditulis di sekitar dakwah dan pendukung dakwah. Juga, tidak boleh tidak, mesti melibatkan diri secara langsung dengannya dalam urusan dakwah yang membentuk da'i Ilallah yang membersihkan dan memberikannya pengalaman dan latihan. Memadailah di sini dengan menyebutkan beberapa pandangan dan ketenangan yang dapat dijadikan petunjuk. Semoga Allah memberkatinya.

Hendaklah diketahui bahwa para pendukung dakwah pada hari ini bukanlah para pendukung dakwah semalam karena mereka pada hari ini adalah golongan yang terpelajar yang telah dipersiapkan, yang telah dilatih. Mereka terdiri dari golongan profesional (terutamanya di negara barat) di mana mereka mengkhususkan satu pasukan yeng terlatih bagi tiap-tiap fikrah untuk menjelaskan perkara yang samar dan memunculkan perkara yang baik, dan mereka telah berupaya melakukan berbagai cara penyebaran dan jalan-jalan di'ayah dan propaganda serta mencari jalan yang paling hampir dan mudah dipercayai dan diterima pada jiwa manusia.

18.1 Kemuliaan dan Kepercayaan (Tsiqah)

Kemuliaan dan kebanggaan apa lagi yang saudara mau setelah saudara menjadi pendukung dakwah, penyeru kepada Allah, karena sesungguhnya saudara menyeru kepada setinggi-tinggi cita-cita dan semulia-mulia tujuan. Sesungguhnya berdakwah kepada Allah itulah tugas Rasulullah s.a.w. kepada mereka semua. Tiap-tiap perkataan yang saudara serukan manusia kepada Allah, itulah sebaik-baik perkataan dan Allah telah menetapkan demikian dalam firmanNya:

"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan yang saleh dan berkata. "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" Fushilat: 33

"Dari kalangan orang-orang yang menyerah diri kepada Allah", adakah lagi di sana satu perkataan yang lebih mulia dari itu? Sesungguhnya kita menyeru manusia kepada kebenaran dan kebenaran inilah yang lebih patut diikuti. Apakah ada lagi selain kebenaran itu kecuali kesesatan.

Kita membawa mutiara dan cahaya supaya kita memandu manusia yang sesat di tengan-tengah kegelapan. Karena sesungguhnya kita berada di atas agama yang benar yang diterima oleh Allah dan yang lain selainnya adalah batil. Al-Quran inilah kitab Allah yang tidak mungkin dicampuri oleh kebatilan, apakah dari depan atau dari belakang.

Inilah kitab yang diturunkan dari Allah yang Maha Bijaksana lagi yang terpuji. Dunia pada hari ini sangat-sangat memerlukan agama ini untuk menyelamatkan kecelakaan yang menimpanya. Marilah kita berdakwah, yakinlah, percayalah dan berpuas hatilah kepada kesempurnaan dan ketinggian apa yang kita serukan kepadanya.

18.2 Beberapa Perkara Yang Berhubungan dengan Pendukung Dakwah

Ad-da'i ilallah, pendukung dakwah mestilah tahu bahwa melaksanakan tugas dakwah kepada Allah adalah perkara yang wajib dan bukanlah perkara sukarela saja. Dia mesti berdakwah setiap masa, setiap tempat dan dalam situasi dan kondisi apa pun walaupun di dalam penjara atau di bawah tekanan dan kesusahan. Sekalipun dia mengalami gangguan dan ujian, lantaran berdakwah kepada Allah, janganlah perkara tersebut menghalanginya dari meneruskan dakwahnya demi membawa kebaikan kepada manusia dengan kesabaran dan hanya mengharap pertolongan dan ganjaran dari Allah.

Allah berfirman:

"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?". Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di
antara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar". Fushilat: 33-35

Imam as-Syahid telah memberi wasiat dalam pengertian ini dengan berkata:

"Jadilah kamu di kalangan manusia seperti pohon buah. Mereka melemparnya dengan batu, tetapi dia membalas mereka dengan buah". Dan berkata lagi: "Wahai saudaraku sesungguhnya saudara hanyalah beramal untuk dua tujuan: Supaya saudara berjaya dan menunaikan tugas yang wajib. Sekiranya tujuan pertama gagal, yaitu tidak ada orang yang menyahut seruan saudara, janganlah pula saudara terlepas dari yang kedua, yaitu saudara memang harus menunaikan kewajiban".

Para pendukung dakwah yang menyeru manusia kepada Allah, mestilah menyeru manusia kepada Allah dari markas kekuatan dan kemuliaan, bukan dari markas kelemahan dan kehinaan. Dari kedudukan orang yang percaya, yakin dan puas hati, bukan dari kedudukan orang yang ragu dan bimbang dan bukan dari kedudukan orang yang mempertahankan dan membela musuh-musuh Islam.

Para du'at kepada Allah mesti menjadi contoh teladan yang baik kepada apa yang diserukan dan benar-benar berjalan dengan apa yang diseru kepada manusia. Setiap yang diserukan itulah yang diperbuatnya, apa yang dikata itulah yang dilakukan, amalannya sesuai dengan kata-katanya. Supaya dia tidak terjatuh kepada kemurkaan Allah.

"Hai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan". As-Saff: 2-3

Pendukung dakwah yang menyeru manusia mestilah ikhlas karena Allah di dalam dakwahnya. Tidak ada yang diharapkan daripadanya kecuali keredhaan Allah. Tidak mengharapkan pujian dan sanjungan dari manusia dan tidak harus menunggu untuk dikagumi ucapannya oleh manusia. Dia mesti berkata benar dan bersifat benar di dalam segala perkara supaya dia senantiasa dipercayai oleh manusia.

Ad-da'i kepada Allah mesti sabar, redha menanggung segala rintangan yang mengganggunya di tengah jalan. Ridha menanggung dan menerima segala penyiksaan, kritikan, ejekan dan berpalingnya manusia daripadanya. Dia mesti bersifat ramah pengasih, penyayang, lemah-lembut. Sebab yang demikian itu akan menyebabkan manusia sayang kepadanya dan menolongnya, tertarik hati kepadanya dan menggabungkan diri kepadanya dan benarlah Allah yang Maha" Agung:

"Maka disebabkan Rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu ". Ali lmran: 159

Sahibud-dakwah mestilah bersifat Hilm tatkala mengendalikan dirinya di waktu marah. Jangan mudah marah dan melatah, mestilah berlapang dada dan berjiwa besar kepada setiap yang bertanya, yang mengkritik atau yang memberi nasihat sekalipun bagaimana cara nasihat yang paling baik dan mesti bersedia menerima nasihat dalam bentuk apa pun.

Sahibud-dakwah, pendukung dakwah kepada Allah, mestilh menghafaz al-Quran dan hadis Rasulullah s.a.w. selagi dia mampu berbuat demikian. Sebab yang demikian itu menolongnya mengambil dalil dari al-Quran dan Hadis Rasulullah s.a.w. dalam setiap urusan dan pengertian yang datang kepadanya.

Dia mesti mengetahui sirah yang harum peninggalan Rasulullah s.a.w. untuk memperoleh pengajaran, pendirian dan teladan. Sebab, ia dapat mempengaruhi dan memberi kesan di dalam jiwa. Dari sirah Rasulullah s.a.w. itu, sahibud dakwah yang menyeru manusia kepada Allah memperoleh uslub, cara dakwah dan cara harakah dalam berdakwah.

Dia patut menyediakan satu buku catatan ketika membaca kitab dan bersungguh-sungguh untuk mencatat hal-hal penting dan menarik dari bacaannya sebagai bekalan dalam jalan dakwah. Ini karena, terlalu bergantung kepada daya ingatan selalu mengkhianati tuannya. Jadi perlulah disediakan buku catatan atau buku peringatan.

Sahibud-dakwah perlu mengetahui berbagai urusan agamanya, karena dia senantiasa terarah kepada berbagai persoalan dan tafsiran. Dia juga perlu mempunyai pemikiran Islam supaya dia memandang segala perkara dan peristiwa dengan pandangan Islam dan menghukum segala sesuatu menurut kaca mata Islam.

Sahibud-dakwah, mesti mengetahui bahwa di samping mempunyai kefahaman yang teliti dan halus terhadap Islam, dia juga perlu kepada keimanan yang mendalam serta hubungan dan kepercayaan terhadap Allah. Inilah sebaik-baik bekalan di atas jalan dakwah.

18.3 Di Sekitar Uslub Dakwah

Uslub atau cara berdakwah adalah sebagian dari dakwah. Tingginya tujuan dan cita-cita yang kita seru manusia kepadanya tidaklah mencukupi kalau dilaksanakan dengan cara yang salah dan tidak proporsional. Ada kemungkinan uslub dan cara yang digunakan itu memburukkan suasana atau menyebabkan manusia lari dan menjauhkan diri dari dakwah kita akibat tidak sesuai dengan masa dan tempat. Untuk itu Allah telah memberi arahan kepada kita dengan firmanNya:

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang paling baik". An-Nahl: 125

"bil-hikmah ": dengan kebijaksanaan, dengan hujah-hujah yang kuat dan bukti yang konkrit. Menyuruh orang berbuat baik dan melarang mereka dari berbuat munkar dan jahat mestilah dengan cara yang baik, sikap yang baik, kata-kata yang lemah lembut. Bukan dengan kasar dan keras.

Sahibud-dakwah mesti berani mengatakan perkara yang benar walaupun pahit, tetapi dengan cara yang menarik dan senang diterima oleh manusia. Di samping itu, dia tidak boleh bermuka dua, tidak boleh bersifat munafik walaupun dengan tujuan menarik hati manusia atau menggembirakan mereka dan menarik minat mereka kepadanya.

Dia harus tegas dan terus terang supaya manusia dapat mengenali kebenaran yang dibawanya. Karena sesungguhnya cara yang ambigi dan bersifat munafik, tidak sesuai dengan keagungan, kebenaran dan dakwah Allah yang diserukannya. Dan Allah telah memberi amaran kepada Rasulullah s.a.w di dalam firmanNya:

"Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak pula kepadamu ".
Al-Qalam: 9

Mereka suka jika kamu tidak tegas, supaya mereka tidak tegas pula dengan kamu. Sahibud-dakwah perlu memahami jiwa manusia dan mengetahui anak kunci hati supaya dia mampu membuka pintu-pintu hati dan menyampaikan kepada manusia apa yang dikehendaki.

Jangan bertindak secara mendadak dengan membawa kepada mereka apa yang dibenci oleh jiwa mereka supaya mereka tidak terperanjat. Sahibud-dakwah mesti mengetahui terlebih dahulu dari mana dan bagaimana cara untuk memulakan setelah dikaji, ditapis dan disediakan segala apa yang diperlukan untuk urusan dakwah.

Sahibud-dakwah mestilah menentukan topik yang hendak dibicarakan supaya para pendengarnya mendapat faedah yang nyata dan jelas daripadanya. la mesti memperbaiki sistematika dan susunan pemaparan terhadap pengertian dan tajuk yang dibicarakan dengan susunan yang dapat menyokong dakwahnya supaya mereka berpuas hati dan menerimanya.

Sahibud-dakwah mestilah mampu memadukan akal, perasaan dan hati manusia di dalam uslubnya. Jangan berbicara dengan akal semata-mata tetapi ketandusan perasaan dan tidak pula semata-mata dengan perasaan dan hati saja tanpa kepuasan akal dan lojik. Isi perbicaraannya mestilah dapat diterima akal, menarik perasaan dan menawan hati sehingga akal, perasaan dan hati manusia berpuas hati dengannya.

Satu dari cara-cara yang berguna yang senantiasa mempunyai pengaruh yang paling berkesan dan baik adalah pembicaraan yang mampu memuaskan akidah manusia. la dimulai dengan memantapkan di hati manusia tentang kewujudan Allah, seterusnya menjelaskan hakikat risalah kita dan tugas kita dalam hidup ini. la disudahi dengan mengukuhkan, menegaskan bahwa Islam adalah manhaj, cara hidup, satu pegangan hidup yang sejahtera dan lengkap dan berusaha untuk memulakan kehidupan Islam dan menegakkan negara Islam (ad-daulah Islamiah) ini adalah satu tugas yang wajib kepada tiap-tiap muslim.

Sahibud-dakwah, yang menyeru manusia kepada Allah mestilah menyalakan harapan dan cita-cita yang mulia di kalangan para pendengarnya. Dia mestilah menyakinkan mereka bahwa masa depan adalah untuk kemenangan Islam dan abad ini adalah abad Islam, abad kemenangan Islam!

Dia perlu menghapuskan segala pengaruh dan kesan putus asa dari jiwa mereka supaya mereka tidak mudah beranjak dari prinsip Islam dan tidak bersikap beku dan jumud di tengah jalan dan tidak mau meneruskan perjalanan mereka di atas jalan dakwah.

Sekiranya sahibud-dakwah merasai dan melihat manusia berpaling daripadanya maka hendaklah dia mengoreksi kembali cara atau uslub dakwahnya karena boleh jadi caranya tidak tepat atau waktunya tidak sesuai, atau suasananya tidak sesuai menyebabkan berlaku perkara yang demikian.

Sahibud-dakwah mestilah berusaha bersungguh-sungguh supaya menggandingkan ilmu dengan amal supaya mereka mengamalkan ilmu yang telah diketahui, bukan hanya merupakan kepuasan ilmiah semata-mata.

Dia mesti mengawasi waktunya ketika berbicara supaya mereka tidak jemu mendengarkan ucapan yang mungkin terlalu panjang atau kurang menarik perhatian para hadirin. Ini semua hanyalah bayangan mengenai cara menyeru manusia kepada Allah. la hanyalah sebagai contoh, bukan untuk membatasi hikmah kebijaksanaan dan cara-cara sahibud-dakwah karena di sana banyak lagi cara yang lain yang dapat dikelola oleh sahibud-dakwah. Wabillahhitaufik.

Rabu, 22 Julai 2009

Hadapi Dengan Senyuman.....

"Hadapi dengan senyuman,
Semua yang terjadi biar terjadi,
Hadapi dengan tenang jiwa,
Semua kan baik-baik saja......"

Hmmmm....bait-bait yang bagus untuk dilagukan, riang untuk dilagukan, tenang untuk didengar, namun sukar untuk dilaksanakan.
Aku selalu mendengar 'si dia' memberikan ceramah berkenaan sabar, 'si anu' memberikan tazkirah berkenaan sabar, 'si........ahhh...banyak 'si'-'si' lain yang seperti itu. Namun sekarang, yang patut ku pertanyakan adalah, "Adakah tazkirah, ceramah, liqo, dll aktivit yang berisi peringatan supaya aku sabar sudah memberikan kesan maninggalkan bekas dalam hatiku.....?"

Entahlah terkadang aku merasakan bahawa aku seorang yang munafik, terkadang bersemangat, terkadang sabar, terkadang ghairah bekerja, namun tidak kurang pula aku merasa tak bersemangat, hilang sabar, 'down', buat sesuatu tanpa fikir-fikir dan lain lain.

Kerap kali...dalam setiap perkara perasaan atau emosi kita akan menguasai aktiviti berbanding kewarasan atau logikal yang Allah kurniakan kepada kita. Aku kadang-kadang tu melampau dalam bergurau. Ye lah bajet nak gembirakan orang yang kelihatan sedih, tup-tup perasaan sedih kawan tuh berubah jadi perasaan marah pada kita. Dari satu sudut aku berjaya menghilangkan perasaan sedih tapi banyak sudut gagal iaitu membangkitkan satu lagi benda negatif iaitu 'marah'.

Pernah sekali aku lihat seorang kawan yang nampaknya sedang menekan kepada dengan kedua tangannya, jadi aku tarik tangannya ke meja dia letakkan lagi, aku tarik lagi sambil aku senyum pada dia...dalam hati, aku kata "Jangan buat cenggitu, nanti hang akan jadi lebih tension....cuba dok rilek-rilek...". Tapi silapnya aku tak ungkapkannya dalam kata-kata. Lepas tuh kawan baik aku nih (aku memang bersyukur kerana Allah mengurniakan sahabat yg sebaik dia) hantar SMS tegur aku. Dia kata aku tak patut buat dia macam tu......

First time aku dapat SMS aku terkejut dan istighfar dalam-dalam, aku tak sangka bahawa dia marah dengan perbuatan ku. Tapi mmg aku yang salah sebab aku yang menyebabkan dia tak faham apa yag aku nak buat pada dia sebenarnya. Aku selalunya bila dapat SMS marah, aku akan marah balik, tapi kali ni bila aku dapat SMS marah dan teguran daripada sahabat baik aku, alhamdulillah tiada reaksi negatif daripada aku, cuma aku sedikit gamam dengan perbuatan aku tu.

(Tahniah kerana tak marah....howyeeee....howyeee....)

Cuma mungkin kita kena muhasabah diri dengan detail untuk kita melangkah masuk ke sebuah kehidupannya tak macam kita berjalan kat PLUS atau lebuh raya lain iaitu jalan yg mendatar dan rata.....tapi jalan hiduk kita nih akan ada masanya kita naik....kita turun....tersadong batu, terlanggar keta dan lain-lain lagi....jadi apa yang perlu kita lakukan???

Pertama sabar dengan apa yg berlaku.
Kedua Bersangka baik kepada Allah atas segala yg dikurniakanNya.
Ketiga Hadapi dengan senyuman.....

Jumpac lagik


Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by ArchitecturesDesign.Com Beautiful Architecture Homes