Isnin, 29 Disember 2008

Ayuh Bangkitlah Saudara Ku.....Gapailah Syuhada....

Allahu akhbar...Allahu akhbar...Allahu Akhbar....
Sekali lagi Allah SWT memberikan cobaan yang berat dan perit kepada umat Islam, khususnya di Jalur Gaza, Palestin Tercinta. Agrewsi daripoada Zionis Israel la'natullah kembali menggila dengan makan korban kurang lebih 300 jiwa. Ya Allah bagaimanakah nasib saudara kami di sana?
Ikhwah wa akhowat sekalian, usah kita menunggu ikhtiar daripada PBB, usah kita menunggu ikhtiar daripada Liga Arab, Usah kita menunggu ikhtiar daripada OIC usah...usah...usah....Marilah kita ikhlaskan hati, betulkan niat, bersihkan diri emmohon kepada Allah Jalla wa "Ala akan kerdilnya kita pada waktu ini. Terzalimnya saudara2 kita di belahan bumi jalur Gaza.

Ikhwati Ilallah, sesungguhnya kita telah menunggu terlalu lama untuk kita sedar.....Selama ini, yang kita minta pertolongan adalah daripada PBB, daripada Liga Arab, daripada OIC dan segala macam lagi antek-antek Zionis La'natullah. maka sedarlah wahai ikhwah wa akhowat ku, kita minta pertolongan bukan kepada mereka, kita minta pertolongan hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Kepada Dia yang menciptakan diri aku dan diri kamu.

Wahai ikhwah Ilallah, gerakkanlah segala potensi yang ada pada diri kita, untuk kita serukan perang terhadap mereka yang bersekongkol dengan Zionis La'natullah. Teriakkan Genderang Jihad dengan segala apa yang kita terdaya, dengan segenap tenaga yang kita ada.Ikhwati Ilallah, ayuh kembali kobarkan Kempen Boikot Barangan Amerika, Kempen Menentang Dan Memulaukan Barangan Amerika, sebarkan ke seluruh alam akan risalah tentang kempen boikot, jangan kita tunggu lagi.

Ikhwati Rahmatullah,
Inilah usaha daripada kita yang tidak berdsaya untuk terjun ke medan sana. InsyaAllah tanamkan azam dan cita2 untuk bergerak dan turun ke medan, namun sekiranya kita tidak berdaya untuk ke sana gerakkansegala usaha yang perlu untuk kita bantu saudara2 kita yang sedang berjihad di sana.

Paling penting Ikhwah Fillah Rahimakumullah,
Jangan kita lupakan senjata kita yang paling ampun iaitu doa, solat hajat dan segala macam bentuk munajat kepada Allah, kita nyatakan, luahkan, adukan segala jerit perrih, pedih dan sakit kita kepada Dia yang MAha Kuasa, Dia yang menciptakan sekalian alam.

Moga sedikit usaha kita itu bisa meringankan beban sahabat2, saudara2 kita di sana.

Akhirul kalam, Allahu Ghayatuna, Ar-Rasull Qudwatuna, Al-Quran Dusturuna, Al-Jihad Sabiluna, Al-Mautu Fisabilillah Asma Amanina.

PALESTINA TERCINTA
Untuk mu jiwa2 kami,
Untuk mu darah kami,
Untuk mu jiwa dan darah kami,
Wahai Al-Aqsa tercinta,

Kami akan berjuang,
Demi kebangkitan Islam,
Kami rela berkorban,
Demi Islam yang mulia,

Untuk mu Palestina tercinta,
Kami peduli panggilanmu,
Untuk mu al-Aqsa yang mulia,
Kami kan terus bersama mu,

Ya Allah izinkanlah kami,
Berjihad di Palestina mu,
Ya Rabbi masukkanlah kami,
Tercatat sebagai syuhada mu.....

Amin Ya Rabbal A'lamin.....

Rabu, 10 Disember 2008

Adakah Istirahat dari Berjihad? (Bag II)

Abi AbduLLAAH

Al-Ikhwan.net | 31 May 2008 | 26 Jumadil Awal 1429 H

Turunnya NashruLLAH pada Para Mujahid yang Sabar Walaupun Sedikitnya Jumlah Mereka dan Ketidakbutuhan (Ketidakperluan) ALLAH SWT Terhadap Pertolongan Manusia

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Berkata Imam Abu Ja’far: Ini adalah pernyataan ALLAH SWT kepada para sahabat Rasul SAW, bahwa IA lah yang bertanggung jawab menolong Nabi SAW dari musuh-musuh agama-NYA dan memenangkannya baik mereka membantu ataupun tidak, serta peringatan-NYA bahwa IA berkuasa menolong Nabi-NYA saat dalam jumlah sedikit (2 orang) dikepung musuh sedemikian banyak, maka apatah lagi saat kaum muslimin sudah banyak..?![1] Di dalam Shahih Bukhari & Muslim disebutkan bahwa Abubakar RA berkata pada Nabi SAW saat berada di dalam gua: Wahai RasuluLLAH, seandainya salah seorang dari mereka melihat melalui bawah kakinya maka niscaya mereka akan melihat kita. Maka Nabi SAW menjawab: Wahai Abu Bakar! Bagaimana dugaanmu tentang 2 orang yang ALLAH adalah yang ketiganya..?![2]

Dan semua perjuangan jihad yang dilakukan haruslah dengan niat yang ikhlas demi menolong agama ALLAH SWT dan menegakkan syari’ahnya, bukan demi kepentingan pribadi, harta, jabatan, dsb. Karena semua tujuan itu telah direndahkan dalam ayat ini, bahwa tujuan seorang mujahid haruslah menjadikan Kalimah ALLAH menjadi Tinggi dan Kalimah orang Kafir menjadi rendah. Dalam Ash-Shahihain disebutkan bahwa Nabi SAW ditanya tentang orang yang berjuang karena menunjukkan keberaniannya, ada pula yang karena fanatisme, ada pula yang karena ingin dipuji, maka kata nabi SAW: “Barangsiapa yang berjuang dengan niat untuk menegakkan Kalimah ALLAH menjadi Tinggi, maka itulah FII SABILILLAAH!”[3]

Dalam ayat ini juga diberikan sebuah contoh loyalitas dan tadhhiyyah luar biasa dari seorang jundi kepada qiyadahnya, kesetiaannya dalam berjihad di belakang qiyadahnya baik dalam keadaan lapang maupun sempit, susah maupun senang, semangat maupun malas. Imam Al-Qurthubi berkata dalam tafsirnya tentang makna ayat ini: Jika kalian tidak mau menolong Nabi SAW dalam perang Tabuk ini, maka sungguh ALLAAH SWT telah memberikan sahabat yang jauh lebih baik dari kalian (yaitu Abu Bakar RA), telah berkata Imam Laits bin Sa’d: ALLAAH SWT tidak memberikan seorang sahabat pada para Nabi yang lain yang lebih setia dari Abu Bakar RA, berkata Sufyan Ibnu ‘Uyainah: Abu Bakar RA adalah sahabat yang dijadikan contoh teladan tertinggi melalui ayat ini[4].
Jihad Harus Dilakukan Baik Saat Malas Maupun Semangat
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Berkata Imam –muhyis sunnah- Al-Baghawy menyitir pendapat para sahabat Al Hasan, Adh-Dhahhak, Mujahid, Qatadah & Ikrimah bahwa makna khifafan wa tsiqalan: Syubbanan wa Syuyukhan (baik sudah tua atau muda); berkata Ibnu Abbas: Baik sedang semangat maupun malas; berkata ‘Athiyyah Al-Aufy: Baik punya kendaraan ataupun berjalan kaki; berkata Abu Shalih: Baik miskin maupun kaya; berkata Ibnu Zayd: Baik ada yang dikuatirkan maupun tidak ada yang ditakutkan[5]. Imam Ibnu Katsir menambahkan, berkata Al-Hakam Ibnu ‘Utaybah: Sedang sibuk maupun tidak sibuk, bahkan ada seorang yang minta izin tidak ikut berjihad karena badannya yang amat gemuk bernama Al-Miqdad tetapi ALLAAH SWT malah menurunkan ayat ini[6]. Sayyid Quthb menambahkan: Demikianlah contoh-contoh totalitas para sahabat Nabi SAW dalam jihad menegakkan Kalimah ALLAAH, sehingga berkembanglah Islam dengan cepatnya dan semerbaklah dunia dengan cahayanya, bergeraklah semua hati-hati manusia dari penyembahan manusia atas manusia, menuju penyembahan hanya kepada ALLAAH SWT saja, dari kerendahan perbudakan agama-agama menuju ketinggian dan kesucian Islam, dan berakhirnya jihad adalah setelah ia berhasil membebaskan hati manusia kepada kemerdekaannya yang abadi, yaitu hanya tunduk dan merendahkan diri di hadapan Pencipta-NYA[7].
Imam Asy Syaukani menambahkan bahwa ayat ini bersifat muhkamat sehingga tidak ada nasakh baginya, hanyalah diberikan kelonggaran bagi mereka yang disebutkan dalam QS At-Taubah, 9:91 dan An-Nur, 24:122 saja[8]. Dalam ayat ini pula dikenal riwayat seorang sahabat yang lanjut usia bernama Abu Thalhah RA, demikian tuanya sehingga alisnya seluruhnya telah putih dan jatuh dimatanya, saat membaca ayat ini ia berkata: Jahhizuni ya bunayya..! (Siapkanlah bekalku wahai anak-anakku), maka berkatalah anak-anaknya: yarhamukaLLAAH..! Sungguh engkau telah berjihad bersama Nabi SAW sampai beliau wafat, lalu bersama Abu Bakar RA sampai beliau wafat, lalu bersama Umar RA sampai beliau wafat, lalu setelah itu tugas kami lah untuk meneruskan. Tetapi ia menolak, lalu ia meninggal di tengah lautan, dan mereka tidak menemukan daratan kecuali setelah 9 hari lamanya, tetapi jenazahnya sedikitpun tidak berubah, sehingga ia bisa dikuburkan di daratan[9]. RahimahuLLAAHu Abu Thalhah, semoga kami yang muda ini bisa meneladani semangat juang beliau, aamiin ya RABB…
(Bersambung Insya ALLAAH…)
___
Catatan Kaki:
[1] Tafsir At-Thabari, XIV/257
[2] HR Bukhari no. 3653; Muslim no. 2381; Ahmad dlm Musnad-nya I/4
[3] HR Bukhari no. 2810 & Muslim no. 1904
[4] Tafsir Al-Qurthubi, I/2433
[5] Tafsir Al-Baghawy, IV/53
[6] Tafsir Ibnu Katsir, IV/157

Malas Berjihad Menyebabkan Turunnya Adzab ALLAAH SWT (Sambungan Drp Adakah Istirahat Dr Berjihad - Abi AbduLLAAH)

إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Berkata Imam At Thabari bahwa berfirman ALLAH SWT mengingatkan kepada kaum mu’min dari golongan sahabat Nabi SAW, untuk tidak meninggalkan jihad, bersegera memenuhi panggilan qiyadah, dan taat kepada ALLAH & Rasul-NYA, untuk melawan bangsa Romawi: Jika kalian tidak berangkat maka ALLAH akan menyegerakan azab bagi kalian di dunia & mengganti kalian dengan kaum yang lain, yang tidak meninggalkan jihad, bersegera memenuhi panggilan qiyadah, serta taat kepada ALLAH & Rasul-NYA[14]. Berkata Imam Al-Qurthubi bahwa ini adalah pernyataan yang amat tegas dan ancaman yang amat kuat bagi siapa-siapa yang meninggalkan jihad untuk menegakkan Kalimat ALLAAH[15]. Imam Al Alusy menyatakan bahwa jika kalian meninggalkan jihad, maka akan diazab dua kali yaitu di dunia & di akhirat lalu akan diganti dengan kaum lain yang lebih baik & lebih taat pada perintah jihad, karena DIA Maha Kaya dari membutuhkan kalian sedikitpun dan kemalasan kalian itu tidak berpengaruh terhadap ketetapan-NYA sedikit pun[16]. Imam Khazin menambahkan bahwa sebagian ulama menyatakan bahwa ayat ini telah di-nasakh oleh ayat QS 9:122, tetapi jumhur ulama menyatakan bahwa ayat ini muhkamat karena ia adalah khithab untuk semua, oleh sebab itu maka tidak ada nasakh baginya[17]. Ada seorang sahabat yang pada asalnya juga ingin mangkir, yaitu Abu Khaitsamah RA, namun saat ia pulang ke rumahnya ia melihat istrinya telah menyiapkan ranjang yang empuk, menyiapkan makanan yang enak & buah-buahan serta minuman yang dingin, lalu ia berkata pada dirinya sendiri: “RasuluLLAH SAW di tengah sengatan panasnya matahari & kerasnya tiupan angin musim panas padang pasir, sementara Abu Khaitsamah di bawah naungan yang teduh, makanan yang enak dan istri yang cantik.. Tidak! Tidak boleh begini!” Lalu ia langsung membereskan perbekalannya dan memacu tunggangannya mengejar RasuluLLAH SAW dan pasukannya[18].

Catatan Kaki :

[14] Jami’ul Bayan, XIV/254
[15] Jami’ul Ahkam, I/2432
[16] Madarikut Tanzil, I/444
[17] Lubab At-Ta’wil, III/269
[18] Tafsir Al-Qaththan, II/138

Malas Berjihad adalah Ciri Cinta Dunia (Sambungan Drp Adakah Istirehat Drp Berjihad)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآَخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ

Dalam ayat ini ALLAH Yang Maha Rahman, berkata Imam Abu Ja’far[8] bahwa makna “an-nafar” adalah: dari berangkat untuk berperang, sehingga maknanya adalah: Mengapakah kalian wahai orang beriman jika dikatakan kepada kalian keluarlah kalian untuk berjihad di jalan ALLAH kalian berlambat-lambat karena lebih senang berada di negeri kalian atau di rumah kalian atau duduk-duduk saja[9]. Imam Al Baghawi menafsirkannya: Berangkatlah dengan bersegera dengan bersungguh-sungguh & bersemangat untuk mendukung hizbuLLAH & menegakkan agama-NYA untuk membenarkan panggilan iman kalian[10].

Imam Al-Qurthubi menambahkan bahwa lafzh “ma lakum” merupakan harfu-istifham yang maknanya penegasan sekaligus celaan, sementara lafzh “tsaqaltum ilal ardh” artinya berlambat-lambat karena nikmat dunia[11], sementara Imam Al Baghawi menafsirkannya lebih suka tinggal di rumah kalian[12]. Sayyid Quthb memberikan gambaran yang mendalam tentang ayat ini, kata beliau: Ketahuilah bahwa beratnya dunia, keindahannya, perhiasan serta harta bendanya, semua itu akan membuat rasa takut akan kematian pada diri seseorang, takut kehilangan hartanya, takut kehilangan posisi & jabatannya, senang dengan istirahat & kemapanan, berat karena rencana-rencana jangka pendek yang telah dibuat serta tujuan-tujuan sesaat yang telah dirancang, yang kesemuanya mempengaruhi badannya, darahnya serta seluruh tubuhnya, sehingga seolah-olah ia menjadi terbenam ke dalam bumi, inilah makna yang tercermin dari potongan kata “tsaaqaltum”, yaitu bagaikan jasad yang telah terbenam, sehingga sulit untuk digerakkan, apalagi menerima komando untuk bangun & bergerak[13].

Catatan Kaki :

[8] Jami’ul Bayan, XIV/251
[9] Imam Ibnu Katsir menambahkan: Lebih suka menikmati wangi buah-buah an (asyik berbisnis/niaga), lih. Al-‘Azhim, IV/153
[10] Nuzhmud Durar, III/453
[11] Jami’ul Ahkam, I/2431
[12] Ma’alimu Tanzil, IV/48
[13] Azh-Zhilal, IV/30

Adakah Istirahat dari Berjihad?

(Dipetik daripada Al-Ikhwan.net | 12 May 2008 | 7 Jumadil Awal 1429 H)
Abi AbduLLAAH

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآَخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ (38) إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (39) إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (40) انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (41) لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لَاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (42) عَفَا اللَّهُ عَنْكَ لِمَ أَذِنْتَ لَهُمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَتَعْلَمَ الْكَاذِبِينَ (43) لَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ (44) إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ (45) وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لَأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ (46) لَوْ خَرَجُوا فِيكُمْ مَا زَادُوكُمْ إِلَّا خَبَالًا وَلَأَوْضَعُوا خِلَالَكُمْ يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ وَفِيكُمْ سَمَّاعُونَ لَهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (47) لَقَدِ ابْتَغَوُا الْفِتْنَةَ مِنْ قَبْلُ وَقَلَّبُوا لَكَ الْأُمُورَ حَتَّى جَاءَ الْحَقُّ وَظَهَرَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَارِهُونَ (48) وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ ائْذَنْ لِي وَلَا تَفْتِنِّي أَلَا فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُوا وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ (49) إِنْ تُصِبْكَ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكَ مُصِيبَةٌ يَقُولُوا قَدْ أَخَذْنَا أَمْرَنَا مِنْ قَبْلُ وَيَتَوَلَّوْا وَهُمْ فَرِحُونَ (50)

“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan ALLAAH, kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya ALLAAH menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudaratan kepada-Nya sedikit pun. ALLAAH Maha Kuasa atas segala sesuatu. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka Sesungguhnya ALLAAH telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya ALLAAH beserta kita. Maka ALLAAH menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan menjadikan kalimat orang-orang kafir itu rendah dan kalimat ALLAAH itu tinggi. ALLAAH Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan ALLAAH, yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu Amat jauh terasa oleh mereka. mereka akan bersumpah dengan (nama) ALLAAH: Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersamamu. Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan ALLAAH mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. Semoga ALLAAH memaafkanmu, mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta? Orang-orang yang beriman kepada ALLAAH dan hari Kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. dan ALLAAH mengetahui orang-orang yang bertaqwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ALLAAH dan hari Kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi ALLAAH tidak menyukai keberangkatan mereka, Maka ALLAAH melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu. Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. dan ALLAAH mengetahui orang-orang yang zhalim. Sesungguhnya dari dahulu pun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk (merusakkan) mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan ALLAAH) dan menanglah agama ALLAAH, Padahal mereka tidak menyukainya. Di antara mereka ada orang yang berkata: Berilah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah. Ketahuilah bahwa merekalah yang telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi perang). Dan mereka berpaling dengan rasa gembira.” (QS. At Taubah: 38-50)

Asbabun Nuzul :

Imam Al-‘Ayni dalam saat men-syarah Shahih Al Bukhari dalam kitabnya[1] menyatakan bahwa ayat ke-38 di atas turun saat Ghazwah Tabuk, menghadapi pasukan Romawi, yang bertepatan dengan saat ranumnya buah-buahan di Madinah (musim panen Kurma), lalu musim panas sedang amat teriknya[2], maka sebagian mukminin ada yang tertinggal tidak ikut berperang[3], juga dengan perjalanan yang amat jauh (letak Tabuk sekitar 600 km jauhnya dari Madinah, sehingga perang ini disebut juga Ghazwah ‘Usrah/perang yang amat sulit)[4]), dan menghadapi musuh yang amat banyak serta kuat[5]. Imam Al-Qurthubi menambahkan bahwa peristiwa ini terjadi pada tahun ke-9 Hijrah setahun setelah peristiwa Fathu Makkah[6]. Syaikh Al Qaththan menambahkan bahwa saat itu pasukan muslimin terkumpul sekitar 30.000 orang melawan 100.000 orang pasukan Romawi, dan pada perang inilah kaum muslimin memberikan pengorbanan yang luar biasa, Utsman RA menyumbang 1000 dinar emas untuk peperangan, lalu datang Umar dengan setengah dari hartanya, dan Abubakar dengan menginfaqkan seluruh hartanya di jalan ALLAAH[7].

Catatan Kaki :
[1] ‘Umdatul Qari, XV/457
[2] Ini juga pendapat Imam Ibnu Katsir, lih. Tafsir Al-‘Azhim, IV/153
[3] Yaitu orang-orang munafik, beberapa kabilah Badui, dan 3 orang sahabat terkenal (Ka’ab Ibnu Malik, Hilal Ibnu Umayyah & Murarah Ibnu Rabi’)
[4] Tafsir Al Qaththan, II/138
[5] Ma’alimu Tanzil, IV/48
[6] Jami’ Li Ahkam, I/2431
[7] Tafsir Al-Qaththan, II/138

(InsyaAllah bersambung)

Selasa, 9 Disember 2008

Da'wah Kepada Keluarga

"Hamid...jika kau pergi juga ke program kau tu kau jangan balik lagi". @
"Nor...mak tak benarkan kau pegi ikut program kat luar tu...dah-dah, mak tak nak dengar apa-apa lagi".

Bukankah ucapan ini biasa aku dengar daripada ikhwah dan akhowat da'wah yang mendapat halangan untuk aktif dalam berda'wah? Ya...bahkan ada lagi ayat-ayat, kata-kata yang lebih perit lagi untuk diterima daripada orang-orang yang amat dicintai. Aku bersyukur kepada Allah SWT yang tidak menguji diri ku yang lemah dan dhoif ini dengan ujian yang begitu menggoncangkan seperti yang dicobakan kepada ikhwah dan akhowat sedemikian. Aku sebenarnya takut untuk membayangkan itu akan berlaku kepada diri ku. Kerana apa? Kerana aku tidak sanggup membayangkan sehari hidupku tanpa ikhwah, tanpa halaqah, tanpa daurah, tanpa mukhayyam ziarah, silaturahmi,dan lain lagi aktiviti da'wah yang aku lakukan bersama ikhwah-ikhwah yang amat aku cintai. Amat sulit bagi ku untuk membayangkan itu semua.

Tanpa cinta Mu aku resah,
Tanpa kasih Mu aku hampa,
Tanpa diri Mu aku mati.....

Namun tiada kata lain yang dapat aku ungkapkan kepada ikhwah dan akhowat yang dicuba oleh Allah daripada aspek itu selain daripada ;
"Bersabarlah wahai akhi wa ukhti ku, sesungguhnya Allah sedang menguji mu dengan memberikan ujian yang besar kepada kalian, sesungguhnya ujian yang besar itu tentunya untuk persediaan kepada kalian untuk mendapat karunia yang lebih besar untuk da'wah kalian"

Tentu sekali, sebagai seorang al-akh, mutarobi, murobi, sahabat, teman, saudara, tentu aku juga berasa pedih dengan apa yang menimpa saudara-saudara ku, namun itulah kenyataannya wahai ikhwah dan akhowat ku. Kalian perlu meneguhkan diri kalian untuk tetap sabar dan tsabat dalam menapaki jalan da'wah yang sungguh terhidang sengan seribu satu cobaan daripada yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Bukankah telah bersama kita tadabbur firman-Nya dalam surah (al-ankabuut 29:2-3) :

Apakah manusia mengira bahawa mereka hanya akan dibiaran hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji? Dan sungguh,Kamiu telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.

Untuk itu tiada solusi lain selain menggencarkan da'wah kepada keluarga masing-masing. Ya..da'wah pada keluarga, satu elemen yang ku rasakan masih lagi kurang merakyat dalam kalangan ikhwah dan akhowat da'wah kita. Tak percaya? Hmm tak mengapa. Namun perhatikan, dalam cuti banyak program, banyak dauroh, banyak rehlah dan lain-lain lagi program pembinaan yang perlu diikuti oleh ikhwah dan kahowat semua. Maka keluarga dirumah akan merasakan sesuatu kelainan (baca:kehilangan) dengan anak, abang, kakak, adik mereka. Tidaklah aku katakan kerana nak da'wah keluarga, maka tak payah attend program..bukan cemtu laa....tapi cari lah masa untuk da'wah pada keluarga. Mungkin dengan cara menalifon, memberikan hadiah, memberikan ucapan selamat dan pelbagai lagi langkah proaktif yang dapat kalian lakukan untuk menunjukkan bahawa kalian 'concern' kepada mereka.

Ya lah kata hadith Melayu "Lain padang, lain belalang", maka setiap approach bagi setiap orang adalah berbeda. Namun 'key' nya adalah da'wah lah kepada keluarga kita. Mungkin ketika mana kita bersibuk-sibuk, bekerja keras, menadah tangan memohon pada Allah supaya da'wah ditempat kita subur dan berkembang, mungkin perlu kita tambahkan satu lagi kesibukan, satu lagi kerja keras, satu lagi prosa dalam doa yang kita munajatkan kepada Allah Jalla wa 'Ala, iaitu supaya Allah memberikan kefahaman dan hidayah kepada keluarga kita supaya 'synchronize' dengan da'wah yang kita pikulkan. Atau mereka mungkin juga boleh menjadi salah seorang pendokong da'wah atau menjadi penyokong atau setidak-tidaknya mereka tidak menghalangi usaha da'wah kita.

Wahai ikhwah wal akhowat ku sekalian, aku bukanlah seorang yang paling layak untuk berbicara tentang ini. Aku bukanlah orang yang paling berilmu tentang ini. Aku bukanlah seorang yang pernah menempuh pengalaman seperti mana kalian yang telah menempuh pahit maungnya perjuangan dilapangannya. Namun, anggaplah bahawa tulisan ku ini sekedar penguat azam, penancap tekad, permulaan perubahan, penemuan dimensi baru bagi dakwah kita. Anggaplah bahawa semua dan seluruh ikhwah dan akhowat da'wah sentiasa mendoakan antum/antunna yang diuji oleh Allah SWT untuk tetap sabar dan tsabat dalam menaiki bahtera da'wah, mengemudikan perahu kehidupan sebagai seorang dai ilallah.

"Wahai yang Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui, Wahai yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih, kurniakanlah kepada kami rasa takut kepada Mu, yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepada Mu. Dan kurniakanlah ketaatan kepada Mu yang akan menyampaikan kami ke syurga Mu, kurniakanlah keyakinan yang menyebabkan ringannya bagi kami segala musibah di dunia ini. Perkenankanlah ya Allah"
(Aku yang dhoif, masih sangat memerlukan teguran, nasihat, sumbang saran, kritiks dan komen daripada kalian semua, untuk aku turut dalam menapaki jalan ini....)

BAGAIMANA MENYINGKAPI KEPELBAGAIAN JAMAAH

“Tidak boleh ada dua buah kemudi dalam satu kapal”, “Sudah ada rumah yg sedikit rosak takkan nak buat rumah baru kerana kerosakan yg kecil tersebut?”, dan lain-lain lagi pernyataan dan pertanyaan diberikan daripada sebuah gerakan da’wah kepada gerakan da’wah yg lain. Ada pernyataan yg diberikan adalah benar pada kata-katanya, tetapi batil pada realiti semasa. Bahkan fenomena pada masa sekarang adalah lebih kepada untuk memberangus (membantai) gerakan-gerakan da’wah yang selain daripada mereka. Bahkan pada masa sekarang ini, kelihatannya sebahagian daripada jamaah-jamaah da’wah Islam sibuk dalam mempertikaikan keberadaan jamaah lain selain diri mereka. Mereka merasakan bahawa, tidak patut ada berbilang jamaah dan patut bergabung hanya pada satu jamaah. Maka dalam artikel yang tidak seberapa ini cuba untuk mengupas sedikit permasalahan berkenaan kepelbagaian jamaah yang dipermasalahkan sekarang.


Persoalan yang pertama yang perlu dijawab adalah adakah taadud ini dibenarkan dalam Islam? Maka jawabannya, kita ambil daripada buku Aids Haraki, karangan al-Ustadz Fathi Yakan, beliau menulis bahawa, “Sekiranya fenomena taadud ini bersih daripada taasub, disulami suasana penuh ukhuwah, terjalin kerjasama dan saling memahami antara mereka, tidaklah memerlukan pembicaraan[1]”. Maka dapatlah difahami bahawa perbedaan jamaah itu adalah halal selagi terdapatnya suasana ukhuwah, kerjasama, saling memahami dan paling penting bebas daripada taasub kepada jamaah sendiri. Dengan kata lain, dikutip daripada kata-kata yang masyhur daripada Syeikh Rasyid Ridha (rahimahullah), diteruskan oleh al-Imam As-Syahid Hassan al-Banna (rahimahullah), “Bersama dalam perkara-perkara yang disepakati, berlapang dada dalam hal-hal yang khilaf”.

Bahkan terdapat satu peristiwa yang terjadi semasa zaman Imam Malik (rahimahullah), di mana penguasa pada ketika itu mahu memaksa masyarakat melaksanakan muwattho’, maka Imam Malik (rahimahullahu taala) berkata, “Para sahabat Rasulullah s.a.w bertaburan di seluruh pelosok bumi dan kesemua mereka mempunyai fahaman sendiri. Jika engkau paksa mereka mengamalkan satu pendapat sahaja sudah tentu akan timbul masalah[2]”.

Ikhwah wa akhowat fillah aktivis da’wah sekalian, persoalan yang perlu kita jawab pada diri kita sendiri sekarang adakah dalam dada kita ini mempunyai rasa ‘lapang dada’ seperti mana kata-kata Syeikh Rasyid Ridha (rahimahullah) dan Imam As-Syahid Hassan al-Banna (rahimahullah) ataukah dalam hati kita ini teracun dengan sifat-sifat kaum Bani Israel, Yahudi la’natullah iaitu berasa dengki, iri, tidak senang bahkan mencari jalan untuk meruntuhkan bangunan da’wah jamaah lain yang tidak sama dengan jamaah kita? Persoalan ini yang menjadi keutamaan untuk kita bersama selidiki, fahami dan rawati.

Wahai mujahid wa mujahidah penyeru umat, sesungguhnya pada masa sekarang, umat kita terdedah kepada sejuta satu macam agenda kerosakan. Bermula daripada masalah penyelewengan aqidah, sehinggalah kepada keruntuhan akhlaq, penyodoran hiburan yang melampau, dan pelbagai lagi. Bukankah dalam masa yang sebegini genting, adalah lebih baik kita ber ‘fastabikul khairat’ dalam melaksanakan amal da’wah yang kita yakini? Kita bersungguh-sungguh dalam menyerukan umat agar kembali kepada Islam mengikut metodologi yang kita yakini dan senangi? Adakah perkara meniupkan api fitnah, memberangus/menghalangi/memporak-poranda jamaah lain itu akan menguntungkan umat Islam yang kini tercari-cari jalan keluar daripada segala kebejatan yang berlaku? Demi Allah, sekali-kali tidak, memfitnah/memberangus/menghalangi/memporak-porandakan gerakan da’wah yang selain daripada kita yakini tidak langsung memberikan kebaikan kepada umat. Bahkan menambah-parahkan kelemahan umat yang sedia lemah dan berpecah. Tinggalkanlah perasaan taasub kepada jamaah, merasakan paling benar, merasakan bahawa diri sentiasa betul, merasakan da’wah hanya milik jamaah tertentu, orang lain tidak layak untuk berda’wah dan lain-lain lagi.

Firman Allah SWT dalam hal-hal tersebut :

“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatan mu hilang......[3]

“Janganlah kalian menjadi seperti orang musyrik yaitu orang-orang yang memecah-belahkan agamanya dan mereka berkelompok-kelompok. Setiap kelompok berbangga dengan kelompoknya itu[4]

Sabda Rasulullah dalam hal-hal tersebut :

“Barangsiapa yang menyerang kami dengan senjatanya, maka dia bukan termasuk golongan kami[5]

“Bukanlah seorang mu’min, orang yang suka mencela, mengutuk, melakukan perbuatan keji dan kejahatan[6]

“Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan dan kekufuran, kecuali tuduhan itu akan kembali kepadanya apabila yang dituduh tidak terbukti demikian[7]”.


(Mohon maaf pada semua pembaca, ini luahan hati daripada seorang yang punya bekal ala kadar sahaja, sekiranya ada salah dan silap, mohon diperbetul sebaiknya. InsyaAllah akan disingkapi dengan segera)

[1] Aids Haraki, Al-Ustadz Fathi Yakan, Citra Islami Press, 1993, (m/s 18)

[2] Majmuah Rasail, Imam Hassan al-Banna, Pustaka Salam, 2003, (m/s 239, 240)

[3] Al-Quran, (Al-Anfaal (8):46)

[4] Al-Quran, (Ar-Ruum (30):32)

[5] HR Bukhari dan Muslim

[6] HR Tirmidzi

[7] HR Bukhari


Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by ArchitecturesDesign.Com Beautiful Architecture Homes