Rabu, 4 November 2009

Mujahadatunnafs (Mengendalikan Diri)



Tsaqafah Islamiyah

Oleh: Al-Ikhwan.net

Di dalam kehidupan ini setiap insan bertarung dengan dirinya sendiri. Adakalanya ia menang dan adakalahnya ia kalah atau ia tetap dalam pertarungan yang
tiada henti. Memang pertarungan ini tidak akan berhenti sehingga ajal
menjemputnya. Allah Berfirman:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا. َفَأْلهَمَهَا ُفجُورَهَا وَتَقْوَاهَا. قدْ َأفَْلحَ مَنْ زَكَّاهَا وََقدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

Demi diri manusia dan Yang menyempurnakan kejadiannya (dengan kelengkapan yang sesuai dengan keadaannya); Serta mengilhamkannya (untuk mengenal) jalan yang membawanya kepada kejahatan, dan yang membawanya kepada takwa; Sesungguhnya bahagialah orang yang menjadikan dirinya bersih dan bertambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan), Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya kotor dan terbenam dalam kekotoran maksiat. (Asy-Syams:7-10)

Inilah yang terkandung dalam sabda yang diisyaratkan oleh beliau saw:

تعرض الفتن على القلوب كالحصير عودا عودا فأيما قلب أشرﺑﻬا نكت فيها نكتة السوداء وأيما قلب أنكرها نكت فيها نكتة بيضاء حتى تصير على أحد قلبين :على أبيض مثل الصفاة فلا تضره فتنة والآخر أسود مربادا لا يعرف معروفا ولا ينكر منكرا

Fitnah akan melekat di hati manusia bagaikan tikar yang dianyam secara tegak-menegak antara satu sama lain. Hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga jika hati yang tidak dihinggapinya, akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbahagi dua: Sebagiannya menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Adapun sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti bekas tembaga berkarat, tidak menyuruh pada kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran. (Muslim dari Huzaifah bin Yaman)

Dalam pertarungan menghadapi nafsu manusia terbagi pada 3 golongan:

1. Golongan yang tunduk mengikut hawa nafsu mereka.

Mereka hidup dengan kemaksiatan di atas muka bumi ini dan ingin hidup kekal di dunia. Mereka adalah orang-orang kafir dan orang yang mengikuti jejak langkah mereka. Golongan ini lupa dan lalai (kebesaran dan nikmat) Allah, lalu Allah juga membiarkan mereka. Di dalam Al-Quran Allah menyifatkan mereka sebagai orang yang mempertuhankan hawa nafsu, Allah berfirman:

َأَفرََأيْتَ مَنِ اتَّخَذ إَِلهَهُ هَوَاهُ وََأضَلَّهُ اللَّهُ عََلى عِلْمٍ وَخَتَمَ عََلى سَمْعِهِ وََقلْبِهِ وَجَعَ َ ل عََلى بَصَرِهِ غِشَاوًَة َفمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ َأَفَلا تَذَكَّرُون

“Dengan yang demikian, bagaimana fikiranmu (wahai Muhammad) terhadap orang yang menjadikan hawa nafsunya: Tuhan yang dipatuhinya dan dia pula disesatkan oleh Allah karena diketahui-Nya (Bahwa dia tetap kufur ingkar) dan ditulikan pula atas pendengarannya dan hatinya serta ada lapisan penutup atas penglihatannya? Maka siapakah lagi yang dapat memberi hidayat petunjuk kepadanya sesudah Allah (menjadikan dia demikian)? Oleh karena itu, mengapa kamu (wahai orang-orang yang ingkar) tidak ingat dan insaf?. (Al-Jathiyah:23)

2. Golongan yang bermujahadah dan bertarung menentang hawa nafsunya.

Dalam menentang hawa nafsunya ada kalanya golongan ini mencapai kemenangan dan ada kalanya mereka kalah. Namun apabila terlibat dalam kesalahan mereka segera bertaubat. Begitu juga bila mereka melakukan maksiat mereka segera sadar dan menyesal serta memohon ampun kepada Allah. Allah berfirman:

وَالَّذِينَ إِ َ ذا َفعَلُوا فَاحِشًَة َأوْ َ ظَلمُوا َأنْفُسَهُمْ َ ذ َ كرُوا اللَّهَ فَاسْتَغَْفرُوا لِ ُ ذنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وََلمْ يُصِرُّوا عََلى مَا َفعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُو ن

“Dan juga orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat kepada Allah lalu memohon ampun akan dosa mereka dan sememangnya tidak ada yang mengampunkan dosa-dosa melainkan Allah dan mereka juga tidak meneruskan perbuatan keji yang mereka telah lakukan itu, sedangkan mereka mengetahui (akan salahnya dan akibatnya). (Ali Imran :135)

3. Golongan yang berada dalam genggaman syetan dan hawa nafsu sebagaimana bola berada di tangan anak kecil. Mereka menyerah diri mereka bulat-bulat kepada syetan dan hawa nafsu.

Inilah golongan yang dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya:

كل بني آدم خطاء وخيرا الخطاءين التوابون

“Setiap anak Adam (manusia) itu melakukan kesalahan, sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan (dosa) ialah mereka yang bertaubat. (Ahmad dan Tirmizi)

Sehubungan dengan pengertian inilah diriwayatkan satu kisah oleh Wahab Bin Munabbih yang mengatakan: “Sesungguhnya Iblis pernah bertemu dengan Nabi Allah Yahya bin Zakaria a.s, lalu Nabi Zakaria a.s berkata kepada Iblis: “Ceritakan kepadaku tabiat perangai manusia menurut pandangan kamu”. Lalu Iblis menjawab:

1. Golongan pertama dari manusia ialah seperti kamu ini. Mereka ini terpelihara (dari kejahatan dan dosa).

2. Golongan yang kedua adalah mereka yang berada dalam genggaman kami sebagaimana bola berada di tangan anak-anak kamu. Mereka menyerah diri mereka bulat-bulat kepada kami.

3. Golongan yang ketiga ialah golongan yang sangat sukar untuk kami kuasai mereka. Kami menemui salah seorang dari mereka dan kami berhasil memperdayakannya dan mencapai hajat kami tetapi ia segera memohon ampun (bila ia sadar) dan dengan istighfar itu rusaklah apa yang kami dapati darinya. Maka kami tetap tidak berputus asa untuk menggodanya dan kami tidak akan mendapati hajat kami tercapai.

Sendi-sendi Kekuatan Dalam Memerangi Nafsu.

1. Hati:

Hati akan menjadi benteng yang kuat dalam memerangi nafsu ketika hati itu hidup, lembut, bersih. Sayidina Ali dalam pesannya mengatakan:

“Sesungguhnya Allah SWT mempunyai bejana di atas buminya yaitu hati-hati … maka hati yang paling disukai oleh Allah SWT ialah hati yang lembut, bersih dan teguh. Kemudian Sayidina Ali mentafsirkan (kalimat tersebut dengan) katanya: terguh dalam berpegang pada agama Allah, bersih di dalam keyakinan dan lembut terhadap saudara-saudara mukmin.

Sayidina Ali juga berkata: “Hati seorang mukmin itu bersih, terdapat padanya pelita yang bercahaya. Hati seorang kafir itu hitam serta berpenyakit”.

Al-Quran Al-Karim memberi gambaran tentang hati orang-orang mukmin seperti Allah Berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُو َ ن الَّذِينَ إِ َ ذا ذُكِرَ اللَّهُ وَجَِلتْ قُلُوبُهُمْ وَإِ َ ذا تُلِيَتْ عََليْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا

“Orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gemetarlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman mereka. (Surah Al-Anfal 8: Ayat 2)

Dalam menggambarkan sifat-sifat hati orang kafir pula Allah menjelaskan:

َفإِنَّهَا َلا تَعْمَى اْلَأبْصَارُ وََلكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

“Karena keadaan yang sebenarnya bukanlah mata kepala yang buta, tetapi yang buta itu ialah mata hati yang ada di dalam dada. (Al-Hajj: 46)

Allah juga berfirman:

َأَفَلا يَتَدَبَّرُو َ ن الُْقرْءَا َ ن َأمْ عََلى ُقُلوبٍ َأقَْفاُلهَا

“(Setelah diterangkan yang demikian) maka adakah mereka sengaja tidak berusaha memahami serta memikirkan isi Al-Quran? Atau telah ada di atas hati mereka kunci penutup (yang menghalangnya daripada menerima ajaran Al-Quran)?. (Muhammad :24)

2. Akal:

Akal adalah (ciptaan Allah) yang dapat melihat, mempunyai daya memahami sesuatu, mampu membedakan dan dapat menyimpan sesuatu pemahaman dari ilmu-ilmunya di mana dengan ilmu itu kelak ia dapat mendekatkan diri dengan Allah, mengetahui keagungan Allah serta kekuatan-Nya. Akal seperti inilah yang dimaksudkan oleh Allah Berfirman:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

“Sebenarnya yang menaruh bimbang dan takut (melanggar perintah) Allah dari kalangan hamba-hambaNya hanyalah orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Pengampun. (Fatir:28).

Rasulullah saw menyebut betapa tingginya nilai akal ini dalam sabdanya:

ما خلق الله خلقا أكرم عليه من العقل

“Allah tidaklah mencipta suatu kejadian yang lebih mulia dari akal”. (At-Tirmizi al-hakim dalam “An-Nawadir” dengan sanad dha’if.)

Rasulullah saw berpesan kepada Sayidina Ali Karramallahu wajhah:

إذ تقرب الناس إلى الله تعالى بأنواع البر فتقرب أنت بعقلك

“Apabila manusia mendampingi Allah dengan melakukan berbagai amalan kebajikan maka engkau dampingilah Allah dengan akal fikiran engkau”. (An-Nu’aim dalam “Hilyah” dengan sanad dha’if.)

Beliau juga bersabda:

ما اكتسب رجل مثل فضل عقل يهدي صاحبه إلى هدى ويرده عن ردي

“Tidaklah beruntung seorang lelaki (dengan satu pemberian) dibandingkan dengan kelebihan karunia akal yang dapat membimbing pemiliknya kepada petunjuk dan menahannya dari perkara yang buruk”. (Al-Mujbir)

Oleh karena betapa tingginya nilai akal, maka Islam menganjurkan agar akal diisi dengan ilmu dan ma’rifah serta mendalami segala urusan agama agar dengan ilmu-ilmu itu akal menjadikannya sebagai sebab akibat yang memandu segala tindakan, membedakan di antara yang buruk dengan yang baik, di antara yang hak dengan yang batil sebagaimana Rasulullah saw bersabda:

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan pada dirinya diberikan kefahaman yang mendalam dalam agama”. (Bukhari dan Muslim)

Sabda beliau lagi:

فضل العالم على العابد كفضلي على أدنى رجل من أصحابي

“Kelebihan (keutamaan) seorang ‘alim atas seorang ‘abid (ahli ibadah) adalah seperti kelebihanku atas orang yang paling rendah dari sahabat-sahabatku”.

Semua ini membuktikan betapa tingginya nilai dan kedudukan akal dalam proses membina kekuatan insan di dalam diri manusia. Dengannya manusia dapat mengenali serta dapat menyelami hakikat alam semesta dan rahasianya.

Oleh yang demikian akal seorang mukmin itu adalah akal fikiran yang waras, dapat membedakan buruk dan baik, halal dan haram, kebaikan dan kemungkaran karena ia melihat segala perkara dengan cahaya Allah yang dapat menembus dibalik tutupan yang halus. Allah Berfirman:

وَمَنْ َلمْ يَجْعَلِ اللَّهُ َلهُ نُورًا َفمَا َلهُ مِنْ نُورٍ

“Dan (ingatlah) Barangsiapa yang tidak dijadikan Allah menurut undang-undang peraturanNya mendapat cahaya (hidayat petunjuk) maka dia tidak akan beroleh sebarang cahaya (yang akan memandunya ke jalan yang benar). (An-Nur :40).

Cahaya akal seseorang mukmin itu senantiasa bersinar, tidak dapat dipadamkan kecuali oleh kerja-kerja maksiat yang terus menerus, dilakukan pula secara terang-terangan dan tidak pula diikuti dengan taubat. Rasulullah saw menjelaskan:

لولا أن الشياطين يهمون على قلوب بني آدم لنظروا إلى ملكوت السموات والأرض

“Kalaulah tidak karena syaitan-syaitan itu mengelilingi hati anak-anak Adam niscaya mereka dapat melihat (merenung) kerajaan Allah di langit dan di bumi”. (Imam Ahmad daripada Abu Hurairah)

Anas bin Malik r.a menceritakan:

لما دخلت على عثمان رضى الله عنه وكنت قد لقيت إمرأة في طريقي فنظرت إليها شزرا وتأملت محاسنها فقال عثمان لما دخلت: يدخل أحدكم وآثر الزنا على عينيه أما علمت أن زنا العينين النظر؟ لتتوبن أو لأعزرنك؟ فقلت أوحى بعد النبي؟ فقال: لا ولكن بصيرة وبرهان وفراسة صادقة

“Semasa aku masuk menemui Usman bin Affan r.a aku bertemu seorang wanita dalam perjalanan, lalu aku sempat mengerling memandangnya dan tertarik kepada kecantikannya. Lalu semasa aku menemuinya Othman berkata kepadaku: “Seorang dari kamu menemuiku sedangkan kesan zina kelihatan pada kedua matanya”. Adakah engkau mengetahui Bahwa zina mata itu ialah memandang? Hendaklah kamu bertaubat atau aku akan mengenakan hukuman takzir. Lalu akupun bertanya? Adakah lagi wahyu (kepadamu) selepas Nabi? Maka Othman menjawab: “Tidak, tetapi (dengan pandangan) basirah hati burhan dan firasat yang benar”.

Tanda-tanda matinya Jiwa

Apabila hati manusia telah mati atau menjadi keras, apabila hati manusia telah menjadi padam dan tidak bersinar lagi atau apabila ia telah tumpas dalam pertarungannya menghadapi syaitan maka terbukalah pintu-pintu masuk segala kejahatan terutama ke dalam dirinya, karena syaitan itu meresap ke dalam diri anak Adam sebagaimana pengaliran di dalam tubuhnya.

Sebenarnya apabila benteng pertahanan dan kekuatan manusia telah runtuh maka syaitan akan kembali menjadi teman karibnya sebagaimana Allah Berfirman:

اسْتَحْوَ َ ذ عََليْهِمُ الشَّيْطَا ُ ن َفَأنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ

“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa kepada Allah”. (Al-Mujadalah:19)

Inilah kandungan maksud yang dibayangkan oleh Al-Quran Al-Karim yang menyatakan: Kisah ini di sebut oleh at-Tajas-Subki dalam “At-Tabaqat”. Lihat Tafsir Ibn. Kathir; surah al-Hijr: 75.

قَا َ ل َفبِمَا أغوَيْتَنِي َلَأقْعُدَنَّ َلهُمْ صِرَا َ طكَ اْلمُسْتَقِيمَ ُثمَّ َلآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ َأيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ َأيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وََلا تَجِدُ َأكَْثرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Iblis berkata: Oleh karena Engkau (wahai Tuhan) menyebabkan daku tersesat (maka) demi sesungguhnya aku akan mengambil tempat menghalangi mereka (dari menjalani) jalanMu yang lurus; Kemudian aku datangi mereka, dari hadapan mereka serta dari belakang mereka, dan dari kanan mereka serta dari kiri mereka dan Engkau tidak akan dapati kebanyakan mereka bersyukur. (Al-A’raf:16-17)

Sebenarnya selain dari penyakit di atas terdapat satu penyakit lain yang paling berbahaya iaitu penyakit was-was, syaitan menyebabkan mereka merasa was-was dalam setiap urusan hidup mereka dengan tujuan memnyimpangkan mereka dari jalan Allah. Dalam hal ini Rasulullah bersabda:

إن الشيطان قعد لإبن آدم بطريق فقعد له بطريق الإسلام فقال: أتسلم وتركت دينك ودين آبائك؟ فعصاه وأسلم ثم قعد له بطريق الهجرة فقال: أﺗﻬاجر؟ أتدع أرضك وسماءك؟ فعصاه وهاجر ثم قعد له بطريق الجهاد فقال: أتجاهد وهو تلف النفس والمال فتقاتل فتقتل فتنكح نساؤك

“Sesungguhnya syaitan itu menghasut anak Adam dengan berbagai cara. Lalu (pertamanya) ia menghasut melalui jalan agama Islam itu sendiri dengan berkata: Apakah kamu menganut Islam dan meninggalkan agamamu dan agama nenek moyangmu? Anak Adam enggan mengikutinya dan tetap berpegang dengan Islam. Kemudian dia menghasut pula di jalan hijrah, lalau dia berkata: Adakah anda ingin berhijrah meninggalkan tanah air dan kampung halaman? Lalu anak Adam mengingkarinya dan tetap berhijrah. Kemudian syaitan menghasut pula di jalan jihad dengan berkata: “Adakah engkau ingin sedangkan jihad itu membinasakan jiwa dan harta benda engkau, kemudian engkau berperang lalu engkau dibunuh, kemudian isteri engkau dikahwini orang dan harta kekayaan engkau dibahagi-bahagikan. Lalu anak Adam tetap mengingkari syaitan dan terus berjihad. Kemudian Rasulullah saw bersabda: Maka Barangsiapa yang bersikapdemikian kemudian ia mati maka adalah hak Allah SWT memasukkannya ke dalam syurga”. (An-Nasa’i)

Alangkah baiknya jikalau anda dapat menatap kisah antara syaitan dan seorang Rahib Bani Israil dalam tafsir ayat Surah Al-Hasyr 59: Ayat 16.

َ كمََثلِ الشَّيْطَانِ إِ ْ ذ قَا َ ل لِْلإِنْسَانِ ا ْ كُفرْ َفَلمَّا َ كَفرَ قَا َ ل إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي َأخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَاَلمِينَ

“Bujukan orang-orang munafik itu) samalah dengan (pujukan) syaitan ketika dia berkata kepada manusia: Kufurlah kamu. Maka tatkala manusia itu telah kafir dia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam”.

Cara-cara Menghalang Godaan Syaitan.

Bagi setiap manusia yang ingin menghadapi hasutan syaitan dan serangan-serangan Iblis, Islam telah menunjukkan kepada manusia berbagai perkara yang dapat membantunya bertahan menghadapi pertarungan dengan syaitan sehingga berhasil menewaskan musuh ketatnya itu. Cara tersebut telah dirumuskan oleh seorang dari para salihin dengan katanya:

“Saya telah merenung dan memikirkan cara-cara dari pintu manakah syaitan masuk ke dalam diri manusia, ternyata ia masuk ke dalam diri melalui sepuluh pintu:

1. Tamak dan buruk sangka, maka aku menghadapinya dengan sifat menaruh kepercayaan dan berpangku dengan apa yang ada.

2. Cinta kehidupan dunia dan panjang angan-angan, lalu aku menghadapinya dengan perasaan takut terhadap kedatangan maut yang bisa terjadi kapan saja waktunya.

3. Cinta kemewahan dan foya-foya, lalu aku menghadapinya dengan keyakinan bahwa kenikmatan itu akan hilang dan balasan buruk pasti menanti.

4. Kagum terhadap diri sendiri (’Ujub), lantas aku menghadapinya dengan rasa berhutang budi kepada Allah dan kepada akibat yang buruk.

5. Memandang rendah terhadap orang lain dan tidak menghormati mereka, lalu aku menghadinya dengan mengenali hak-hak mereka serta menghormati mereka secara wajar.

6. Hasad (dengki), lalu aku menghadapinya dengan sifat qana’ah dan ridha terhadap karunia Allah kepada makhluknya.

7. Riya’ dan suka pujian orang. Lalu aku menghadapinya dengan ikhlas.

8. Bakhil (kikir), lalu aku menghadapinya dengan menyadari bahwa apa yang ada pada makhluk akan binasa dan yang kekal itu berada di sisi Allah.

9. Takabbur (membesarkan diri), lalu aku menghadapinya dengan rasa tawadhu’.

10. Tamak, lalu aku menghadapinya dengan mempercayai ganjaran yang disediakan di sisi Allah dan tidak tamak terhadap apa yang ada di sisi manusia.

Di antara arahan-arahan yang di anjurkan oleh Islam sebagai jalan untuk mengelak serangan dan tipu daya syaitan ialah agar senantiasa seseorang itu mengingat Allah pada setiap memulai pekerjaan.

Satu riwayat dari Abu Hurairah menyebutkan:

“Syaitan bagi orang-orang mukmin telah bertemu syaitan bagi orang-orang kafir, lalu di dapati syaitan bagi orang-orang kafir dalam keadaan gemuk montel sedangkan syaitan bagi orang-orang mukmin dalam keadaan kurus kering bertelanjang dan kusut masai. Lalu syaitan bagi orang-orang kafir itu bertanya kepada syaitan bagi orang-orang mukmin: Kenapa kamu kurus kering?. Lalu ia menjawab: “Aku bersama seorang lelaki yang apabila ia makan ia menyebut nama Allah, lalu aku terus kelaparan, apabila ia minum ia menyebut nama Allah, lalu aku terus dalam keadaan dahaga, apabila ia memakai pakaian ia menyebut nama Allah menyebabkan aku terus bertelanjang. Apabila ia memakai minyak rambut juga ia menyebut nama Allah menyebabkan aku terus kusut masai”.
Kemudian syaitan bagi orang-orang kafir itu berkata: “Tetapi aku bersama lelaki yang tidak berbuat demikian sedikitpun, maka aku bisa mendapat makan, minum dan pakai dengannya”.

Di antara cara-cara untuk dijadikan kubu pertahanan menghadapi tipu daya dan godaan syaitan ialah dengan cara:

1. Janganlah terlalu kenyang apabila makan meskipun menghadapi makanan yang baik dan halal karena Allah berfirman:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وََلا تُسْرِفُوا

“Makanlah dan minumlah, tetapi jangan kamu berlebihan”. (Al-A’raf : 31)

Rasulullah saw juga bersabda mengingatkan, maksudnya:

“Sesungguhnya syaitan itu berjalan dalam tubuh anak Adam mengikut perjalanan darah. Oleh itu sempitkanlah pintu masuknya dengan kelaparan”. (Ahmad)

2. Membaca Al-Quran, berzikir mengingati Allah dan memohon ampunan sebagaimana yang diperintah oleh Rasulullah saw:

“Sesungguhnya syaitan itu meletakkan belalainya ke atas hati anak Adam, maka jika ia mengingati Allah ia pun lari daripadanya, jika sekiranya ia lupakan Allah syaitan akan mengunyah hatinya”. (Ibnu Abi Dunya)

3. Tidak tergopoh gopoh dalam sembarang pekerjaan karena mengingati pesanan Rasulullah saw:

“Bergopoh-gopoh (terburu-buru) itu adalah dari syaitan dan berhati-hati itu dari Allah”. (ibn Abi Shaibah, Abu Ya’la dan al-Baihaqi. At-Tirmizi meriwayatkan Hadits sepertinya dan Al-Albani mengetakan :Snadnya Hasan.)

Sebenarnya ruang ini adalah terbatas untuk menyebutkan semua sebab, amalan dan pesan-pesan yang dianjurkan oleh Islam untuk menjaga diri dari serangan dan godaan syaitan. Marilah kita melihat Allah Berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ اتََّقوْا إِ َ ذا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَ َ ذكَّرُوا َفإِ َ ذا هُمْ مُبْصِرُو َ ن

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, apabila mereka disentuh oleh sesuatu imbasan hasutan dari Syaitan, mereka ingat (kepada ajaran Allah) maka dengan itu mereka nampak (jalan yang benar). (Al-A’raf :201).

Wahai Hati......Manisnya Ukhuwwah......

Assalamua'laikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Bismillahirrahman arrahim

Pagi tadi aku keluar sarapan dengan ikhwah2 daripada UTP. Sebab utamanya nak ambil buku yang aku nak pinjam daripada akh Umair. Buku manhaj Haraki tulisan Syeikh Munir Ghadban. Aku dah mintak minggu lepas, tapi dia asyik terlupa nak bagi. Jadi untuk balas dendam dia ajak untuk sarapan skali. (Balas dendam??)Sampai kat kedai atap biru, aku tongkat motor, eh! jumpa lak ikhwah islah tengah makan ngan kawan-kawan diorang. Aku jalan ke arah diorang dan tegur dengan mesra. Lagi pun mereka adlah antara ikhwah Islah yang sangat rapat dengan ku dulu. Subhanallah, Allah mempertemukan aku dengan ikhwah2 Islah selepas aku agak tiga minggu aku tak jumpa mereka.

Ok, berbalik pada cerita asal, Umair, Pale dan aku makan bersama sarapan pagi tu. Umair makan nasi lemak-teh O, Pale nasi lemak ngan kopi O, aku plak macam biasa kalau ke atap biru musti nak makan roti canai dia punya dgn teh panas. Kami bertanya khabar tentang iman dan dakwah masing-msing. Aku sempat tanya Umair ngan Pale tentang persediaan utk exam. Diorang kata tengah prepare walaupun diorang takde 'study week'. Apalah UTP nih, takde study week plak. Cerita berterusan kepada tulisan di blog Umair tentang mimpi. Kat situ dia tulis pasal dia mimpi kawin. Kami berbual sambil gelak ketawa sampai orang kat sebelah pn heran dan senyum kat kami sebab mungkin tengok kami nih 'happy go lucky'.

Dalam masa berbual tu, aku terfikir tentang alangkah manisnya kalau semua orang dapat merasakan apa yang kami tengah rasakan. Manisnya berukhuwwah kerana cintakan Allah. Bertemu bukan kerana apa-apa selain kerana rindu kepada saudara seiman. Pabila bertemu topik yang diperkata adalah tentang dakwah, kebajikan ikhwah, dan tentang iman. Bukan seperti sesetengah manusia yang pabila bertemu maka yang diperkata adalah berkenaan sesuatu yang selain daripada iman, termasuklah muvie, games, mengumpat (nauzubillah), memfitnah dll.

Aku merasakan ada ketenangan dan keriangan yang meresap masuk dalam hati ku apabila aku bertemu dengan ikhwah yang sama-sama berjuang atas jalan dakwah fisabilillah. Bagaimana mungkin seseorang itu akan merasakan tawarnya dakwah sekiranya dia berada dalam lingkungan yang sentiasa menyokong dan melatihnya utk terus ikhlas, tsabat dan sabar utk terus berjalan di atas jalan dakwah? Aku tak dapat bayangkan bagaimana seseorang yang tidak dapat merasakan nikmatnya berukhuwwah di jalan Allah. Oh..alangkah manisnya sebuah ukhuwwah kerana Allah.

Terima kasih ya Allah kerana masih mengurniakan kepada ku nikmat untuk aku berukhuwwah dengan hamba-hamba-Mu yang sedang berjuang di jalan Mu.

Wallahu a'lam

Rabu, 28 Oktober 2009

Lagu Muhasabah Sabar Untuk Semua

Mungkinkah saja kamu tersenang,
Melihat musibah di hadapan mu,
Bolehlah saja kamu menangis,
Semua dibalik itu Allah memberinya kebaikan,

Kabarkan berita gembira bagi yang sabar,
Bila datang musibah dia ucapkan,
INNALILLAHI WAINNA ILAIHI RAJIUN,
KAmi milik Allah akan kembali pada Allah,

Kamu kan mendapatkan,
tempat dan kedudukan,
Yang mulia di sisi Allah

Janganlah kamu bersangka buruk,
Mari pujilah Allah walau dalam bencana,
Allah menguji ketaatan mu,
Dengan rasa takut, lapar sengsara jiwa raga,

Wahai orang beriman bersabarlah,
Bangkitlah tingkatkan taqwa kepada Allah,
Dimana ada suatu kesulitan,
Di sana ada dua jalan,
Bagi mu kemudahan....

New Sakha
(BERITA GEMBIRA)

Terus Berjalan...Tuk Sampai Ke Destinasi....

Assalamua'laikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Bismillahirrahman arrahim.

Alhamdulillah, syukur kepada Allah, pentadbir alam semesta, yang menguasai langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya.
Sholawat dan salam ke atas junjungan besar, nabi kecintaan, penghulu bagi kaum muslimin, Rasulullah Muhammad s.a.w, keluarga dan para sahabat wa sahabiah baginda, tabi'in, athba uttabi'in, salaf as sholeh, para pejuang agama yg ikhlas untuk terus memikul tanggungjawab da'wah dan jihad. Mudah-mudahan Allah memeperdudukkan kita bersama dengan mereka; yang telah terbukti dalam merealisasikan pancaran iman di hati mereka dengan amal mereka yang sungguh amat hebat.

Ikhwatil kiroom, wa akhawatul kareemat,

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Al-Kareem dgn firman-Nya :

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun " (Al-Baqarah (2):155-156)

Dalam ayat di atas, dengan jelas bahawa Allah akan memberikan cubaan dan ujian kepada orang-orang yg beriman dengan cubaan ketakutan, kelaparan, kurang harta, jiwa dan buah-buahan. Lalu, cuba kita muhasabah diri sendiri atas apa yang telah terjadi dalam diri kita selama mana kita hidup di dunia.
Bagi aku, selepas berlaku beberapa peristiwa yang begitu banyak menguras masa, tenaga, pemikiran dll, maka muhasabahlah yang menjadi ubat yang paling baik untuk aku kembalikan semangat untuk kembali berjalan selepas aku terjatuh semasa berjalan dulu. Cuba kita imbas balik bagaimana pendahulu kita telah di cuba oleh Allah SWT dgn cubaan yg Maha dahsyat, bahkan sekiranya kita merasakan bahawa cubaan yg Allah berikan kepada kita adalah cubaan yg berat, maka mari kita lihat bagaimana para pendahulu kita yg mulia di cuba oleh Allah SWT.

FASA MAKKAH

Ikhwati fillah, pada masa ini bagaimana kita ketahui, ramai sahabat yg diuji Allah SWT dengan siksaan dan penderitaan yang dahsyat, sehingga ada di antara mereka yang syahid di jalan Allah. Mari kita lihat bagaimana terseksanya keluarga Yassir sewaktu disiksa oleh Abu Jahal di padang pasir yang panas membara. Kalau kita, dengan panas Malaysia pun dah tak tahan, bagaimana mungkin dengan panas padang pasir. Bahkan ikhwah sekalian mereka bukan sahaja dipanggang dibawah mentari yang terik, mereka juga diseksa dengan siksaan yang pedih oleh manusia yang bapak segala kejahilan (baca Abu Jahal). Bagaimana Yassir ditombak, Sumayyah diregangkan tangan dan kakinya kemudian ditombak kemaluannya sehingga keduanya (Yassir & Sumayyah) syahid kerana siksaan itu.
Dalam 'scene' lain, Bilal bin Rabbah, pemilik bunyi terompah yang terdengar oleh Rasulullah di syurga semasa isra' dan mi'raj, diheret oleh tuannya Umayyah bin khalaf ke padang pasir, diregangkan kaki dan tangannya, kemudian ditindih atas dadanya seketul batu yang besar yang menyebabkan dadanya sesak. Kemudian disebat dan dipaksa untuk dia kufur pada Allah.

Ikhwah fillah sekalian Allah mengabadikan dalam Al-quran bagaimana beratnya ujian yang menimpa para pendahulu kita yang mulia sehingga mereka mengatakan sebagaimana ayat berikut :

"...Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan pelbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang beriman bersamanya berkata, "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" (al-Baqarah (2):214)

Namun ikhwah fillah sekalian, tidak seorang pun antara mereka yang berpaling daripada cahaya Allah, tidak seorang pun daripada mereka yang kembali kepada agama mereka yang asal. Bahkan mereka kembali kepada Rabb mereka dengan berjaya membawa bukti bahawa mereka telah mempertahankan agama mereka dengan nyawa mereka.

FASA MADINAH

Dalam peristiwa perang Khandaq atau Perang Ahzab, para sahabat telah mengikatkan 2 biji batu ke perut mereka masing-masing kerana menahan lapar akibat daripada ketiadaan makanan, namun ikhwah fillah alngkah terkejutnya mereka melihat yang Rasulullah mengikatkan 3 biji batu ke perut Baginda yang mulia kerana lapar yang melebihi laparnya para sahabatnya.

Dalam peristiwa perang Dzatur Riqa, para sahabat telah melalui satu perjalanan yang panjang dan perlu melalui padang pasir yang panas sehingga menyebabkan kuku kaki mereka tercabut namun itu tidak menjadikan mereka terpukul untuk mundur jauh sekali daripada berpaling daripada perjuangan ini.


Sebab itu lah ikhwah sekalian Allah memberikan kita ayat yang tersebut ini :


"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya). (Al Ahzab: 23)


Berbalik kepada permasalahan kita selepas daripada bencana yang melanda jamaah beberapa minggu yang lalu. Bencana yang hampir melumpuhkan seluruh gerak kerja da'wah dalam negara, bencana yang menguras semangat para dai dan daiyah, bencana yang menyita tenaga ikhwah dan akhowat untuk bertenang. Maka kita katakan kepada mereka semua bahawa, "Wahai ikhwah dan akhowat ku sekalian, ini adalah cubaan Allah ke atas kita, ini adalah masanya untuk kita melihat kembali janji-janji yang telah kita patrikan kepada Allah iaitu kita akan tetap terus untuk berda'wah walau apa pun cubaan dan rintangan yang dilalui.

Ikhwati Ilallah, inilah masanya untuk kita beramal dengan ayat yang selalu kita perdengarkan kepada anak halaqah kita supaya mereka bersabar dengan ujian Allah, inilah masanya untuk kita beramal dengan ayat quran bahawa setiap orang yang mengaku beriman itu akan di uji oleh Allah :

"Adakah kamu mengira bahawa kamu akan masuk syurga padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yg dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu...." (al-Baqarah (2):214)

"Adakah manusia mengira bahawa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?" (al-Ankabuut (29):2)


Maka ketahuilah ikhwah fillah sekalian bahawa setiap daripada penderitaan, kesakitan, kekurangan dan cubaan yang datang kepada kita, sekiranya kita bersabar dan redha dalam setiap dugaan yang diberika oleh Allah maka, sedarlah bahawa kita telah melakukan suatu urus niaga dengan Allah Azza wa Jalla dengan Allah menawarkan untuk membeli iman kita, pengorbanan kita, susah senang kita, jerit perih kita dengan menawarkan syurga untuk kita semua.

Wahai ikhwah fillah ku sekalian adakah tawaran syurga itu tidak bisa menenangkan hati-hati kita? Adakah dengan tawaran syurga itu tidak bisa mengubat kedukaan kita yang menderita? Adakah tawaran syurga itu tidak dapat menyebabkan kita menguntumkan senyuman setiap kali datangnya cubaan dan dugaan daripada Allah. Maka ikhwah fillah sekalian bergembiralah dengan jual beli yang telah, sedang dan akan kita lakukan seterusnya kerana pembelinya adalah Allah, Sang Pembeli yang akan terus membayar harga tinggi kepada setiap barang dagangan yang si mujahid wa mujahidah fisabilillah tawarkan kepada Nya.

Adakah ini akan menyebabkan kita berhenti daripada melaju untuk terus berjuang fisabililah pada jalan da'wah ?

Tepuk dada tanya Iman.....

"Sesungguhnya Allah membeli daripada orang mu'min, baik diri mahupun harta mereka dengan memberikan syurga kepada mereka. Mereka berperang dijalan Allah, sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalan Taurat< Injil dan al-Quraan. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itu lah kemenangan yang agung " (at_Taubah (9):111)


Wallahu a'lam

Rabu, 21 Oktober 2009

Bencana Sudah Berlalu.....

Assalamua'laikum warohmatullahi wabarokatuh....

Bismillahirrahmannirrahim........

Segala puji bagi Allah, tuhan sekalian alam, yang menciptakan diri ku dan diri mu, yang menguasai perjalanan setiap apa yang ada di langit dan di bumi. Sesungguhnya kita manusia adalah sangat lemah....sangat lemah kemampuannya dibandingkan Dia. Namun adakah kita manusia ini mahu mengambil pelajaran?

Sudah lebih kurang 3 minggu, berlalu sudah musibah yang menimpa aku. Dalam pada 3 minggu masa yang berlalu, macam-macam yang aku dengar, lihat dan lalui. Dalam 3 mnggu ni, aku banyak belajar dengan kehidupan.

Dapatlah aku dengar bagaimana sebagian daripada manusia yang terpercaya (dahulu), dengan tidak segan silu, dengan tanpa rasa bersalah, dengan mencari2 dalil menghalalkannya menaburkan fitnah dan keburukan terhadap seorang pejuang da'wah. Dalam masa 3 minggu ini juga, aku dapat lihat bagaimana ramai yang kecundang dalam arus fitnah dan keburukan yang berlaku, sehingga sebahagian orang itu tidak lagi dapat berfikir dengan waras, dengan benar, berlandaskan al-Quran dan Hadith.

Bila mana datang ayat Allah supaya kita 'tabayyun' @ menyiasat setiap berita, setiap apa yang datang, maka di mana orang2 yang dahulunya begitu fasih dan lancar dalam mengungkapkan ayat itu sekarang? Ketika mana keadaan kelam kabut, kucar-kacir, dan kacau-bilau, adakah pantas bagi seorang pembaca al-Quran dan pengikut Muhammad s.a.w itu lupa pada peringatan Allah supaya menyiasat berita yang mengkucar-kacirkan saf da'wah?

Ya allah betapa mudahnya manusia itu terlupa. YA Allah betapa lemahnya manusia dalam menghadapi ujian dari Mu, Ya Allah, ampunilah aku dan mereka.

InsyaAllah akan ku sambung semuala......

p/s : aku sebenarnya dah lama tak menulis, namun sekarang aku rasa aku perlu menulis kembali untuk aku ungkapkan apa yang telah berlaku, untuk pengajaran bagiku dan orang lain, InsyaAllah.

Khamis, 6 Ogos 2009

Perbaiki Diri, Ajak Orang Lain (2) - dr Site Eramuslim

Tujuan memperbaiki diri adalah untuk mewujudkan pejuang dakwah yang sahih. Tujuan menyeru orang lain adalah untuk memperbanyak golongan mukmin yang benar.

Dari Buku: Thariqud Dakwah atau Jalan Dakwah

Penulis: Syaikh Mustafa Masyhur

Perbaikilah dirimu dan ajak orang lain. Itulah pertama untuk satu-satunya jalan dalam rangka membangun persatuan kaum muslimin, meninggikan mereka supaya mereka dapat menduduki tempat yang wajar sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah, sebagai golongan manusia yang memberi pengajaran kepada manusia serta menunjukkan mereka kepada siratul mustaqim.

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah." [Ali Imran (3) : 110]

"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (pebuatan) kamu." [Al-Baqarah(2): 143]

Tujuan memperbaiki diri adalah untuk mewujudkan pejuang dakwah yang sahih. Tujuan menyeru orang lain adalah untuk memperbanyak golongan mukmin yang benar. Kemudian mereka akan mengikat janji untuk bersaudara dan berkasih sayang untuk menjadi satu dasar yang kokoh yang mempunyai iman yang teguh.

Di atasnyalah didirikan bangunan Islam yang menjulang tinggi yang merealisasikan kebenaran dan menghapuskan kebatilan, hingga muslimin menjadi pemimpin dunia dan beroleh bahagia di akhirat dan akhirnya janji Allah menjadi nyata di hadapan manusia.

"Dialah yang mengutuskan RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkannya terhadap semua agama. Cukuplah Allah sebagai saksi." Al-Fath (: 28

Kita telah membahas bagian pertama tentang memperbaiki diri dengan uraian serba ringkas serta beberapa penekanan. Sebelum saya membahas bagian kedua, yaitu mengajak orang lain kepada Allah, sebaiknya saya mengingatkan bahwa orang yang kita seru untuk melalui jalan Allah, melalui jalan dakwah Islam, bahwa apa yang kita serukan kepadanya adalah semata-mata untuk memperbaiki dirinya dan menyeru manusia kepada Allah. Ini merupakan perkara yang terpenting dalam urusan hidup mereka bahkan inilah perkara yang menentukan hidup mereka. Oleh karena itu, siapa yang layak dalam perkara itu wajiblah ia memberi perhatian yang utama dan pertama kepada perkara itu.

Sesungguhnya kita menyeru dia dan manusia kepada satu perniagaan yang tidak merugikan. Perniagaan yang melepaskan kita dari azab Allah. Dan ada padanya nikmat yang kekal, yaitu syurga dan tempat-tempat kediaman yang baik. Di samping itu ada padanya pertolongan dan pemberian kuasa dari Allah:

"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan satu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan rasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai 'Adn'. Itulah keberuntungan yang besar. Dan ada lagi kurnia yang lain yang kamu sukai yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat waktunya. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. " As-Saff: 9-13

Ini adalah satu urusan yang penting dan besar. Sesungguhnya kita menyeru para aktivis dakwah supaya menyerahkan diri dan segala apa yang ada pada mereka untuk perjuangan di jalan Allah. Kemudian, mereka juga mengajak yang lain untuk menyerahkan dirinya dan segala apa yang ada padanya di jalan Allah.

Kita tidak menyeru manusia supaya membeli saham di dalam satu rancangan perniagaan atau pertanian atau perusahaan untuk melipatgandakan harta saudara yang berlebihan dari keperluan saudara. Tetapi kita menyeru saudara kepada satu perniagaan dengan Allah.

Dialah, Allah, yang membeli dari kita, diri kita dan harta kita dengan harga yang mahal. Ketahuilah bahwa harganya adalah syurga yang seluas langit dan bumi. Maka adakah lagi di sana satu perkara yang dapat menandingi perkara yang paling besar dan menentukan kesudahan kita?

Sekiranya para pengusaha dan ahli perniagaan dunia mengorbankan usaha mereka untuk melariskan barang perniagaan mereka, memajukan rancangan mereka, menyebarkan iklan barang-barang mereka, mempamerkan dengan baik dan menarik hati manusia padanya dan menonjolkan keuntungan yang diperolehi daripadanya. Alangkah baiknya kita mengorbankan segala usaha kita untuk dakwah di jalan Allah, dakwah Islam yang memang lebih layak menerima layanan dari kita.

Kita tunjukkan dakwah itu kepada manusia dengan cara yang sebaik-baiknya. Kita kemukakan kepada mereka, menggembirakan hati mereka supaya mereka dapat menerima dengan senang dan puas hati. Kita mesti bersabar melakukannya. Alangkah besarnya keuntungan yang akan pulang kepada pendukung dakwah yang menyeru manusia kepada Allah dan orang yang diseru apabila dia menyahut seruan pendukung dakwah Islam.

Urusan dakwah kepada Allah tidak dapat disimpulkan dengan satu atau dua tajuk rencana, tetapi kita perlu merujuk kembali kepada buku-buku, risalah-risalah dan artikel-artikel yang ditulis di sekitar dakwah dan pendukung dakwah. Juga, tidak boleh tidak, mesti melibatkan diri secara langsung dengannya dalam urusan dakwah yang membentuk da'i Ilallah yang membersihkan dan memberikannya pengalaman dan latihan. Memadailah di sini dengan menyebutkan beberapa pandangan dan ketenangan yang dapat dijadikan petunjuk. Semoga Allah memberkatinya.

Hendaklah diketahui bahwa para pendukung dakwah pada hari ini bukanlah para pendukung dakwah semalam karena mereka pada hari ini adalah golongan yang terpelajar yang telah dipersiapkan, yang telah dilatih. Mereka terdiri dari golongan profesional (terutamanya di negara barat) di mana mereka mengkhususkan satu pasukan yeng terlatih bagi tiap-tiap fikrah untuk menjelaskan perkara yang samar dan memunculkan perkara yang baik, dan mereka telah berupaya melakukan berbagai cara penyebaran dan jalan-jalan di'ayah dan propaganda serta mencari jalan yang paling hampir dan mudah dipercayai dan diterima pada jiwa manusia.

18.1 Kemuliaan dan Kepercayaan (Tsiqah)

Kemuliaan dan kebanggaan apa lagi yang saudara mau setelah saudara menjadi pendukung dakwah, penyeru kepada Allah, karena sesungguhnya saudara menyeru kepada setinggi-tinggi cita-cita dan semulia-mulia tujuan. Sesungguhnya berdakwah kepada Allah itulah tugas Rasulullah s.a.w. kepada mereka semua. Tiap-tiap perkataan yang saudara serukan manusia kepada Allah, itulah sebaik-baik perkataan dan Allah telah menetapkan demikian dalam firmanNya:

"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan yang saleh dan berkata. "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" Fushilat: 33

"Dari kalangan orang-orang yang menyerah diri kepada Allah", adakah lagi di sana satu perkataan yang lebih mulia dari itu? Sesungguhnya kita menyeru manusia kepada kebenaran dan kebenaran inilah yang lebih patut diikuti. Apakah ada lagi selain kebenaran itu kecuali kesesatan.

Kita membawa mutiara dan cahaya supaya kita memandu manusia yang sesat di tengan-tengah kegelapan. Karena sesungguhnya kita berada di atas agama yang benar yang diterima oleh Allah dan yang lain selainnya adalah batil. Al-Quran inilah kitab Allah yang tidak mungkin dicampuri oleh kebatilan, apakah dari depan atau dari belakang.

Inilah kitab yang diturunkan dari Allah yang Maha Bijaksana lagi yang terpuji. Dunia pada hari ini sangat-sangat memerlukan agama ini untuk menyelamatkan kecelakaan yang menimpanya. Marilah kita berdakwah, yakinlah, percayalah dan berpuas hatilah kepada kesempurnaan dan ketinggian apa yang kita serukan kepadanya.

18.2 Beberapa Perkara Yang Berhubungan dengan Pendukung Dakwah

Ad-da'i ilallah, pendukung dakwah mestilah tahu bahwa melaksanakan tugas dakwah kepada Allah adalah perkara yang wajib dan bukanlah perkara sukarela saja. Dia mesti berdakwah setiap masa, setiap tempat dan dalam situasi dan kondisi apa pun walaupun di dalam penjara atau di bawah tekanan dan kesusahan. Sekalipun dia mengalami gangguan dan ujian, lantaran berdakwah kepada Allah, janganlah perkara tersebut menghalanginya dari meneruskan dakwahnya demi membawa kebaikan kepada manusia dengan kesabaran dan hanya mengharap pertolongan dan ganjaran dari Allah.

Allah berfirman:

"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?". Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di
antara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar". Fushilat: 33-35

Imam as-Syahid telah memberi wasiat dalam pengertian ini dengan berkata:

"Jadilah kamu di kalangan manusia seperti pohon buah. Mereka melemparnya dengan batu, tetapi dia membalas mereka dengan buah". Dan berkata lagi: "Wahai saudaraku sesungguhnya saudara hanyalah beramal untuk dua tujuan: Supaya saudara berjaya dan menunaikan tugas yang wajib. Sekiranya tujuan pertama gagal, yaitu tidak ada orang yang menyahut seruan saudara, janganlah pula saudara terlepas dari yang kedua, yaitu saudara memang harus menunaikan kewajiban".

Para pendukung dakwah yang menyeru manusia kepada Allah, mestilah menyeru manusia kepada Allah dari markas kekuatan dan kemuliaan, bukan dari markas kelemahan dan kehinaan. Dari kedudukan orang yang percaya, yakin dan puas hati, bukan dari kedudukan orang yang ragu dan bimbang dan bukan dari kedudukan orang yang mempertahankan dan membela musuh-musuh Islam.

Para du'at kepada Allah mesti menjadi contoh teladan yang baik kepada apa yang diserukan dan benar-benar berjalan dengan apa yang diseru kepada manusia. Setiap yang diserukan itulah yang diperbuatnya, apa yang dikata itulah yang dilakukan, amalannya sesuai dengan kata-katanya. Supaya dia tidak terjatuh kepada kemurkaan Allah.

"Hai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan". As-Saff: 2-3

Pendukung dakwah yang menyeru manusia mestilah ikhlas karena Allah di dalam dakwahnya. Tidak ada yang diharapkan daripadanya kecuali keredhaan Allah. Tidak mengharapkan pujian dan sanjungan dari manusia dan tidak harus menunggu untuk dikagumi ucapannya oleh manusia. Dia mesti berkata benar dan bersifat benar di dalam segala perkara supaya dia senantiasa dipercayai oleh manusia.

Ad-da'i kepada Allah mesti sabar, redha menanggung segala rintangan yang mengganggunya di tengah jalan. Ridha menanggung dan menerima segala penyiksaan, kritikan, ejekan dan berpalingnya manusia daripadanya. Dia mesti bersifat ramah pengasih, penyayang, lemah-lembut. Sebab yang demikian itu akan menyebabkan manusia sayang kepadanya dan menolongnya, tertarik hati kepadanya dan menggabungkan diri kepadanya dan benarlah Allah yang Maha" Agung:

"Maka disebabkan Rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu ". Ali lmran: 159

Sahibud-dakwah mestilah bersifat Hilm tatkala mengendalikan dirinya di waktu marah. Jangan mudah marah dan melatah, mestilah berlapang dada dan berjiwa besar kepada setiap yang bertanya, yang mengkritik atau yang memberi nasihat sekalipun bagaimana cara nasihat yang paling baik dan mesti bersedia menerima nasihat dalam bentuk apa pun.

Sahibud-dakwah, pendukung dakwah kepada Allah, mestilh menghafaz al-Quran dan hadis Rasulullah s.a.w. selagi dia mampu berbuat demikian. Sebab yang demikian itu menolongnya mengambil dalil dari al-Quran dan Hadis Rasulullah s.a.w. dalam setiap urusan dan pengertian yang datang kepadanya.

Dia mesti mengetahui sirah yang harum peninggalan Rasulullah s.a.w. untuk memperoleh pengajaran, pendirian dan teladan. Sebab, ia dapat mempengaruhi dan memberi kesan di dalam jiwa. Dari sirah Rasulullah s.a.w. itu, sahibud dakwah yang menyeru manusia kepada Allah memperoleh uslub, cara dakwah dan cara harakah dalam berdakwah.

Dia patut menyediakan satu buku catatan ketika membaca kitab dan bersungguh-sungguh untuk mencatat hal-hal penting dan menarik dari bacaannya sebagai bekalan dalam jalan dakwah. Ini karena, terlalu bergantung kepada daya ingatan selalu mengkhianati tuannya. Jadi perlulah disediakan buku catatan atau buku peringatan.

Sahibud-dakwah perlu mengetahui berbagai urusan agamanya, karena dia senantiasa terarah kepada berbagai persoalan dan tafsiran. Dia juga perlu mempunyai pemikiran Islam supaya dia memandang segala perkara dan peristiwa dengan pandangan Islam dan menghukum segala sesuatu menurut kaca mata Islam.

Sahibud-dakwah, mesti mengetahui bahwa di samping mempunyai kefahaman yang teliti dan halus terhadap Islam, dia juga perlu kepada keimanan yang mendalam serta hubungan dan kepercayaan terhadap Allah. Inilah sebaik-baik bekalan di atas jalan dakwah.

18.3 Di Sekitar Uslub Dakwah

Uslub atau cara berdakwah adalah sebagian dari dakwah. Tingginya tujuan dan cita-cita yang kita seru manusia kepadanya tidaklah mencukupi kalau dilaksanakan dengan cara yang salah dan tidak proporsional. Ada kemungkinan uslub dan cara yang digunakan itu memburukkan suasana atau menyebabkan manusia lari dan menjauhkan diri dari dakwah kita akibat tidak sesuai dengan masa dan tempat. Untuk itu Allah telah memberi arahan kepada kita dengan firmanNya:

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang paling baik". An-Nahl: 125

"bil-hikmah ": dengan kebijaksanaan, dengan hujah-hujah yang kuat dan bukti yang konkrit. Menyuruh orang berbuat baik dan melarang mereka dari berbuat munkar dan jahat mestilah dengan cara yang baik, sikap yang baik, kata-kata yang lemah lembut. Bukan dengan kasar dan keras.

Sahibud-dakwah mesti berani mengatakan perkara yang benar walaupun pahit, tetapi dengan cara yang menarik dan senang diterima oleh manusia. Di samping itu, dia tidak boleh bermuka dua, tidak boleh bersifat munafik walaupun dengan tujuan menarik hati manusia atau menggembirakan mereka dan menarik minat mereka kepadanya.

Dia harus tegas dan terus terang supaya manusia dapat mengenali kebenaran yang dibawanya. Karena sesungguhnya cara yang ambigi dan bersifat munafik, tidak sesuai dengan keagungan, kebenaran dan dakwah Allah yang diserukannya. Dan Allah telah memberi amaran kepada Rasulullah s.a.w di dalam firmanNya:

"Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak pula kepadamu ".
Al-Qalam: 9

Mereka suka jika kamu tidak tegas, supaya mereka tidak tegas pula dengan kamu. Sahibud-dakwah perlu memahami jiwa manusia dan mengetahui anak kunci hati supaya dia mampu membuka pintu-pintu hati dan menyampaikan kepada manusia apa yang dikehendaki.

Jangan bertindak secara mendadak dengan membawa kepada mereka apa yang dibenci oleh jiwa mereka supaya mereka tidak terperanjat. Sahibud-dakwah mesti mengetahui terlebih dahulu dari mana dan bagaimana cara untuk memulakan setelah dikaji, ditapis dan disediakan segala apa yang diperlukan untuk urusan dakwah.

Sahibud-dakwah mestilah menentukan topik yang hendak dibicarakan supaya para pendengarnya mendapat faedah yang nyata dan jelas daripadanya. la mesti memperbaiki sistematika dan susunan pemaparan terhadap pengertian dan tajuk yang dibicarakan dengan susunan yang dapat menyokong dakwahnya supaya mereka berpuas hati dan menerimanya.

Sahibud-dakwah mestilah mampu memadukan akal, perasaan dan hati manusia di dalam uslubnya. Jangan berbicara dengan akal semata-mata tetapi ketandusan perasaan dan tidak pula semata-mata dengan perasaan dan hati saja tanpa kepuasan akal dan lojik. Isi perbicaraannya mestilah dapat diterima akal, menarik perasaan dan menawan hati sehingga akal, perasaan dan hati manusia berpuas hati dengannya.

Satu dari cara-cara yang berguna yang senantiasa mempunyai pengaruh yang paling berkesan dan baik adalah pembicaraan yang mampu memuaskan akidah manusia. la dimulai dengan memantapkan di hati manusia tentang kewujudan Allah, seterusnya menjelaskan hakikat risalah kita dan tugas kita dalam hidup ini. la disudahi dengan mengukuhkan, menegaskan bahwa Islam adalah manhaj, cara hidup, satu pegangan hidup yang sejahtera dan lengkap dan berusaha untuk memulakan kehidupan Islam dan menegakkan negara Islam (ad-daulah Islamiah) ini adalah satu tugas yang wajib kepada tiap-tiap muslim.

Sahibud-dakwah, yang menyeru manusia kepada Allah mestilah menyalakan harapan dan cita-cita yang mulia di kalangan para pendengarnya. Dia mestilah menyakinkan mereka bahwa masa depan adalah untuk kemenangan Islam dan abad ini adalah abad Islam, abad kemenangan Islam!

Dia perlu menghapuskan segala pengaruh dan kesan putus asa dari jiwa mereka supaya mereka tidak mudah beranjak dari prinsip Islam dan tidak bersikap beku dan jumud di tengah jalan dan tidak mau meneruskan perjalanan mereka di atas jalan dakwah.

Sekiranya sahibud-dakwah merasai dan melihat manusia berpaling daripadanya maka hendaklah dia mengoreksi kembali cara atau uslub dakwahnya karena boleh jadi caranya tidak tepat atau waktunya tidak sesuai, atau suasananya tidak sesuai menyebabkan berlaku perkara yang demikian.

Sahibud-dakwah mestilah berusaha bersungguh-sungguh supaya menggandingkan ilmu dengan amal supaya mereka mengamalkan ilmu yang telah diketahui, bukan hanya merupakan kepuasan ilmiah semata-mata.

Dia mesti mengawasi waktunya ketika berbicara supaya mereka tidak jemu mendengarkan ucapan yang mungkin terlalu panjang atau kurang menarik perhatian para hadirin. Ini semua hanyalah bayangan mengenai cara menyeru manusia kepada Allah. la hanyalah sebagai contoh, bukan untuk membatasi hikmah kebijaksanaan dan cara-cara sahibud-dakwah karena di sana banyak lagi cara yang lain yang dapat dikelola oleh sahibud-dakwah. Wabillahhitaufik.

Rabu, 22 Julai 2009

Hadapi Dengan Senyuman.....

"Hadapi dengan senyuman,
Semua yang terjadi biar terjadi,
Hadapi dengan tenang jiwa,
Semua kan baik-baik saja......"

Hmmmm....bait-bait yang bagus untuk dilagukan, riang untuk dilagukan, tenang untuk didengar, namun sukar untuk dilaksanakan.
Aku selalu mendengar 'si dia' memberikan ceramah berkenaan sabar, 'si anu' memberikan tazkirah berkenaan sabar, 'si........ahhh...banyak 'si'-'si' lain yang seperti itu. Namun sekarang, yang patut ku pertanyakan adalah, "Adakah tazkirah, ceramah, liqo, dll aktivit yang berisi peringatan supaya aku sabar sudah memberikan kesan maninggalkan bekas dalam hatiku.....?"

Entahlah terkadang aku merasakan bahawa aku seorang yang munafik, terkadang bersemangat, terkadang sabar, terkadang ghairah bekerja, namun tidak kurang pula aku merasa tak bersemangat, hilang sabar, 'down', buat sesuatu tanpa fikir-fikir dan lain lain.

Kerap kali...dalam setiap perkara perasaan atau emosi kita akan menguasai aktiviti berbanding kewarasan atau logikal yang Allah kurniakan kepada kita. Aku kadang-kadang tu melampau dalam bergurau. Ye lah bajet nak gembirakan orang yang kelihatan sedih, tup-tup perasaan sedih kawan tuh berubah jadi perasaan marah pada kita. Dari satu sudut aku berjaya menghilangkan perasaan sedih tapi banyak sudut gagal iaitu membangkitkan satu lagi benda negatif iaitu 'marah'.

Pernah sekali aku lihat seorang kawan yang nampaknya sedang menekan kepada dengan kedua tangannya, jadi aku tarik tangannya ke meja dia letakkan lagi, aku tarik lagi sambil aku senyum pada dia...dalam hati, aku kata "Jangan buat cenggitu, nanti hang akan jadi lebih tension....cuba dok rilek-rilek...". Tapi silapnya aku tak ungkapkannya dalam kata-kata. Lepas tuh kawan baik aku nih (aku memang bersyukur kerana Allah mengurniakan sahabat yg sebaik dia) hantar SMS tegur aku. Dia kata aku tak patut buat dia macam tu......

First time aku dapat SMS aku terkejut dan istighfar dalam-dalam, aku tak sangka bahawa dia marah dengan perbuatan ku. Tapi mmg aku yang salah sebab aku yang menyebabkan dia tak faham apa yag aku nak buat pada dia sebenarnya. Aku selalunya bila dapat SMS marah, aku akan marah balik, tapi kali ni bila aku dapat SMS marah dan teguran daripada sahabat baik aku, alhamdulillah tiada reaksi negatif daripada aku, cuma aku sedikit gamam dengan perbuatan aku tu.

(Tahniah kerana tak marah....howyeeee....howyeee....)

Cuma mungkin kita kena muhasabah diri dengan detail untuk kita melangkah masuk ke sebuah kehidupannya tak macam kita berjalan kat PLUS atau lebuh raya lain iaitu jalan yg mendatar dan rata.....tapi jalan hiduk kita nih akan ada masanya kita naik....kita turun....tersadong batu, terlanggar keta dan lain-lain lagi....jadi apa yang perlu kita lakukan???

Pertama sabar dengan apa yg berlaku.
Kedua Bersangka baik kepada Allah atas segala yg dikurniakanNya.
Ketiga Hadapi dengan senyuman.....

Jumpac lagik

Kembali Menulis......

Assalamua'laikum warohmatullahi wabarokatuh....

Alhamdulillah, aku kini dah ada sedikit masa lapang (atau aku melapangkan sedikit masa) untuk menulis kembali. Walaupun sebelum ini aku taklah menulis banyak tapi skarang nih, insyaAllah nak start menulis semula.

Khamis, 9 April 2009

Fasbir Sabran Jamila (Maka Bersabarlah Dengan Sabar Yang Baik)

oleh Allabib

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun " (Al-Baqarah :155-156)

Disebutkan dalam Al-Quran kata SABAR sebanyak 90 kali. Dinataranya mengandung pujian Allah terhadap para hamba-hambanya yang sabar, menerangkan pahala orang-orang yang sabar, atau menerangkan nilai yang diraih orang-orang yang sabar dan bahkan menggabarkan kecintaan Allah kepada orang-orang yang sabar.

“Maka Bersabarlah Dengan Sabar Yang Baik, sesungguhnya mereka memandang siksaaan itu mustahil. Sedangkan Kami memandangnya mungkin terjadi. (Al-Ma’arij : 5-7)”

Fasbir Sabran Jamila, sebuah nasehat suci dari Sang Maha Suci kepada pembawa ajaran Suci, Rasulullah Muhammad alaihi salatu wassalam, ketika para kafir quraisy enggan menerima seruannya ke jalan yang benar. Siksaan dan ejekan tak luput selalu diarunginya. Ditafsirkan ayat tersebut oleh DR Aid AL-Qorni, seorang penulis dan sastrawan muslim asal Saudi Arabia, sebagai berikut:

Wahai Muhammad…
Jika kebatilan menyerangmu, kejahatan menentangmu, Fasbir Sabran Jamila !!
Jika hartamu sedikit, dan kesedihan pun menimpamu, Fasbir Sabran Jamila !!
Jika para sahabatmu terbunuh dalam peperangan, dan para pengikutmu berkurang, Fasbir Sabran Jamila !!
Jika semakin banyak orang yang memusuhimu padahal kamu menyeru kebaikan dan para pembangkan mengelilingimu, Fasbir Sabran Jamila !!
Jika mereka menjebakmu dan mengamcammu, Fasbir Sabran Jamila !!
Jika anakmu, istrimu dan kerabatmu meninggal dunia, Fasbir Sabran Jamila !!

Fasbir Sabran Jamila, seruan indah kepada semua manusia yang tak luput dari dinamika dan problematika sosial, di rumah, di kampus, di tempat kerja dan di tempat-tempat umum lainnya. Siapapun manusianya, dia pasti memiliki egoisme dan amarah, namun keaktifan dua sifat tersebut bergantung kepada manusianya. Tidak ada manusia yang tidak butuh terhadap sabar. Kesabaran adalah sebuah keniscayaan bagi mnusia. Dan tuntutanya, bagaimana manusia bisa mengasah kesabarannya?? Inilah “madrasah” Allah SWT dan Rasulul-Nya dalam mendidik kita agar mampu mengendalikan sifat egoisme dan amarah dengan untaian mutiara “Fasbir Sabran Jamila”

Raslululah SAW, dimusuhi oleh pamannya Abu lahab sebelum orang lain memusuhinya. Buah hatinya meninggal di pangkuannya saat berusia 2 tahun, air matanya pun menetes membasahi pipi sang buah hati. Segera Ia memandikannya dan menguburkannya. Sepulangnya dari pemakaman ia pun tersenyum. Fasbir Sabran Jamila !!

Rasulullah SAW, di usir dari tanah kelahirannya saat istri kesayangannya dan pamannya Abu Thalib yang selalu mem-back up-nya pergi ke rahmatullah. Penduduk di kampungya bersekongkol memilih para pemuda tangguh dari setiap qabilah (suku), dan mereka mengelilingi rumahnya di kegelapan malam untuk membunuhnya. Dengan perlindungan Allah Rasul pun meninggalkan kampung halamannya. Fasbir Sabran Jamila !!

Rasulullah SAW, bersama Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur saat hijrah ke Madinah, sedangkan kaki-kaki kaum kafir saat itu nampak berpijak di depan gua. Dengan rasa takut Abu bakar berkata “Wahai rasulullah jika salah seorang diantara mereka menundukkan kepalanya ke arah gua, maka akan melihat kita” dengan senyum Rasul menjawab “wahai Abu bakar, jika dua orang berkumpul maka Allah lah yang ketiga” “Wa la tahzan innallaha ma’ana (jangan bersedih sungguh Allah bersama kita” (Ta-taubah (9): 40) Fasbir Sabran Jamila !!

“Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (AL-Kahfi :28)

Fasbir Sabran Jamila !! Nasehat suci yang juga ditujukan untuk melakukan perbuatan suci, beribadah. Rasulullah Meletakkan batu sebagai pengganjal perutnya disaat perutnya kempis tanda lapar. Dan bersabar untuk berpuasa menahan lapar di saat tak tersedia makanan di pagi harinya. Bersabar menahan kantuk untuk melaksanakan shalat malam. Bersabar menahan luka pada tumitnya akibat lamanya ia berdiri dalam shalat malamnya. Bersabar untuk menghadap Allah dengan membaca surat Al-Baqarah yang begitu panjang saat shalat dalam kesedniriannya. Bersabar menahan sakit demi mendapatkan shalat jamaah bersama para sahabatnya. Bersabar untuk tidak makan demi menghormati dan memuliakn tamunya. Masya Allah adakah orang yang semulai ini. Sungguh pantas engkau wahai Rasulullah untuk menjadi sauri tauladan bagi kami.
Rasulullah SAW, tanah menjadi lantai rumahnya, atapnya setinggi uluran tangannya. Dan jika berbaring tidur, kaki dan kepalanya menyentuh dinding rumahnya. Ditawarkan Jibril agar Allah merubah gunung batu menjadi gunung emas untuknya, ia pun menolaknya. Fasbir Sabran Jamila !!

Rekan-rekanku, kemampuan Rasulullah SAW memahami hakikat sabar dan merenungi ayat “Fasbir Sabran Jamila” membuat ia begitu tahan banting terhadap berbagai halangan dan rintangan. Akhirnya, selepas membaca nasehat ini, semoga kita yang keluar dari kampung halaman karena niat menimba ilmu bukan karena terusir, juga mampu bersabar dalam menghadapi semua problematika kehidupan yang fana ini dan sabar dalam menyiapkan saham serta investasi sebagai bekal di akhirat kelak. Sabar dalam menjalani shalat dan tidak tergesa-gesa. Sabar untuk duduk bersimpuh beberapa menit setelah shalat mengadu dan mengulurkan tangan kepada Allah, tanda meminta dan memohon. Dan juga sabar untuk selalu mengulurkan tangan kepada orang yang membutuhkan, tanda peduli dan memberi. Agar kita termasuk orang-orang yang dicintai Allah. Amiin. Percayalah, sungguh waktu akan membisikkan hikmahnya. Wallahu a’lam.

Rahmat Hidayat Lubis

Tripoli Libya, 19 Nov 2008.
13. 36 waktu Libya.

Alumni Pon-Pes Daar El-Qolam Gintung
Mahasiswa di Faculty of Islamic Call, The Specialization of call and civilization.
Tripoli Libya

Khamis, 2 April 2009

Syuahada Yg Kini Tersenyum Setelah Dipanggil Ke Pelukan-Nya



As-Syahid Syeikh Ahmad Yasin Rahimahullah dan As-Syahid Ad-Duktur Abdul Aziz Rantissi

2 nama yang cukup besar dalam dunia Islam. Impaknya kepada seluruh dunia Islam begitu menakjubkan. Ya bagaimana tidak ? Mereka telah membuktikan kepada dunia dengan darah dan nyawa mereka, menggunakan segala potensi dan kelebihan yang Allah berikan untuk memperjuangkan dan mendaulatkan Islam walaupun mereka juga lemah.

Apakah kita siap untuk menjadi seperti mereka atau kita ini akan malu untuk berhadapan dengan Allah kerana nikmat dan kelebihan dan potensi besar yang Allah berikan kepada kita tidak kita gunakan untuk sehabis daya untuk Islam


Fikir-fikirkanlah......

Assalamua'laikum.....

Selasa, 31 Mac 2009

Kendalikan Nafsu, Itu Jalan Ke Surga

(dakwatuna.com)

Setiap kali kita berbiacara tentang puasa selalu kita teringat tentang pengendalian nafsu. Sebab puasa adalah ibadah mengendalikan nafsu. Dalam Al Qur’an masalah pengendalian nafsu adalah masalah penting. Dan bahkan Allah swt. menegaskan bahwa mengendalikan nafsu adalah jalan ke surga. Dalam surah An Nazi’at:40-41 Allah berfirman: Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). Ayat ini menunjukkan beberapa makna:

Pertama, bahwa setiap manusia dihadapkan kepada dua kekuatan yang saling tarik-menarik: kekuatan takut kepada Allah dan kekuatan hawa nafsu. Bila takutnya kepada Allah lebih kuat, maka ia akan mengendalikan nafsunya. Begitu nafsu dikendalikan, syetan tidak berdaya menggodanya. Ketika syetan tidak berdaya, maka amalnya akan selalu baik. Karena itu dalam bulan Ramadhan kita menyaksikan masjid-masjid penuh, siang maupun malam. Dan suasana seperti itu sulit kita temukan di luar Ramadhan. Sebab begitu nafsu makan dibuka, syetan kembali berkuasa. Karena itu sebagian ulama mengatakan bahwa dari dibukanya nafsu makan terbuka otomatis pintu-pintu syetan untuk menguasai manusia. Jelasnya bahwa dengan kuatnya rasa takut kepada Allah yang pertama kali akan dikendalikan nafsu. Lalu dari sini pintu-pintu kebaikan akan terbuka lebar. Bila amal baik terus-menerus dilakukan secara istiqamah, maka ia akan masuk surga.

Kedua, menguatkan rasa takut kepada Allah (khaafa maqaama rabbihi) adalah modal utama untuk senantiasa istiqamah bermal saleh. Karena itu dalam Al Qur’an Allah swt. Selalu menekankan pentingnya membangun al kahuf atau al khasyyah ini. Pada ayat sebelumnya di surat An Nazi’at juga, Allah swt. memerintahkan Nabi Musa agar mengajak Fir’un supaya takut kepada Allah. Sebab dengan takut kepada Allah Fir’un tidak akan bertindak sombong lagi. Jadi sikap sombongnya Fira’un mucul karena tidak adanya khasyyah. Dan khasyyah tidak akan muncul tanpa ilmu, Allah berfirman innama yakhsyallahu min ibaadihil ulamaa’u (sesungguhnya hanya orang yang punya ilmu yang takut kepada Allah) (QS. Fathir:28). Karena itu Nabi Musa diutus untuk mengajarkan kepada Fir’aun hakikat kekuasaan Allah swt. Sampai-sampai Nabi Musa menunjukkan mukjizatnya yang agung (al aayatal kubraa) hanya untuk meyakinkan Fir’aun, tetapi ternyata Fir’aun tetap bertahan dalam kekafiran. Bahkan Fir’aun malah mendeklarasikan dirinya sebagai tuhan dengan berkata: ana rabbukumul a’laa (aku tuhanmu yang paling tinggi). Suatu kenyataan bahwa tanpa rasa takut yang kuat nafsu akan berkuasa. Puncak gejolak nafsu adalah kesombongan. Allah lalu menjelaskan bahwa dalam peruistiwa Fir’aun terdapat pelajaran bagi orang yang takut kepada Allah. Lagi-lagi masalah takut khasyyah dipertagas oleh Allah swt. Menunjukkan betapa pentingnya membangun rasa takut untuk mecapai ketaatan yang maksimal.

Ketiga, mengendalikan nafsu adalah kata kunci untuk mencapai surga. Karena itu dalam ayat di atas Allah swt. langsung menegaskan: fainnal jannata hiyal ma’wa. Bahwa hanya dengan mengendalikan nafsu seseorang akan menjadi baik dan penuh amal saleh. Berbagai kemaksiatan yang menghancurkan hidup manusia, itu pasti ujung-ujungnya adalah karena ikut nafsu. Dengan demikian tidak ada kebaikan sama sekali bila ternyata nafsu dibebaskan tanpa kendali. Ibadah puasa membuktikan bahwa mengendalikan nafsu bukan suatu yang mustahil. Lebih-lebih bahwa pengendalian nafsu ketika puasa adalah pengendalian dari halal. Maka dengan ibadah puasa kelak tidak ada alasan untuk berbuat yang haram. Artinya bisa dikatakan kepada mereka: engkau telah menahan nafsu dari yang halal, maka tidak ada alasan bagimu untuk melaukan yang haram. Ini suatu bukti, bahwa nafsu sebenarnya sangat lemah. Nafsu tidak akan mampu memaksa seseorang melakukan dosa. Bisa ada seseorang yang terjerumus dosa itu bukan karena dahsyatnya nafsu, melainkan kerena lemahnya iman. Dengan demikian jalan satu-satunya untuk mengendalikan nafsu adalah kuatkan iman, Karena itu Allah panggil yaa ayyuhalladziina aamanuu (wahai orang yang beriman) dalam perintah puasa pada ayat 183 surah Al Baqarah. Suatu indikasi bahwa hanya orang-orang yang kuat imannya yang akan bersungguh-sungguh mengendakikan nafsunya. Wallahu’alm bishshawab.

“Perang Keinginan”

Oleh: Fahmi Islam Jiwanto, MA
(dakwatuna.com)

Manusia hidup dan digerakkan oleh keinginan. Waktu dan segala yang dimiliki manusia dikonsumsi dan dipergunakan untuk merealisasikan keinginan. Tetapi sebuah pertanyaan menghadang kenyataan aksiomatis ini; yaitu keinginan seperti apa dan keinginan siapa yang patut selalu diikuti?

Manusia dalam posisinya dengan keinginan terbahagi menjadi beberapa golongan:

Pertama, manusia yang hanya mengikuti keinginan dirinya. Tidak ada yang penting baginya kecuali yang dia mahu. Barangkali dia mengira bahwa dirinya merdeka. Merdeka menentukan segala yang dia mahu. Merdeka juga berfikir apa saja yang dia bayangkan. Kebebasan memang penting untuk membentuk keperibadian. Tanpa independensi seorang manusia hanyalah angka satu yang tidak terlalu penting di tengah jutaan manusia. Tetapi kebebasan ada batasnya. Manusia yang tidak mengenal batas dirinya cenderung egois dan egosentris. Lebih jauh bahkan al-Qur’an menyebut manusia seperti ini sebagai manusia yang menyembah hawa nafsunya. Allah berfirman di surat al-Jatsiyah ayat 23:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (23)

23. “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS al-Jatsiyah (45): 23)

Rasulullah SAW juga menyebut orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya sebagai orang yang lemah.

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ. رواه الترمذي وابن ماجه وأحمد

“Orang yang pandai (kayyis) adalah yang mengendalikan dirinya dan beramal untuk (kehidupan) setelah kematian, sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya tapi banyak berangan-angan atas (kurnia) Allah.” (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Kedua, manusia yang tidak punya keinginan kebebasan. Dia selalu didorong oleh pihak luar. Lingkungan, rakan-rakan, orang tua, bahkan seterunya, selalu menjadi pusat perhatiannya, dan selalu mendorongnya untuk bereaksi. Orang seperti ini tidak punya pendirian. Apa kata orang itulah katanya. Ke manapun angin berhembus ke sanalah dia berlayar. Orang seperti ini sangat dikecam Rasulullah, Baginda bersabda:

لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا. رواه الترمذي

“Janganlah kalian menjadi orang tidak berpendirian, yang mengatakan ‘jika orang-orang berbuat baik, kami juga berbuat baik, jika mereka berbuat zhalim, kami juga berbuat zhalim.’ Tetapi kuatkanlah pendirian kalian, jika orang-orang berbuat baik, berbuat baiklah, jika mereka berbuat zhalim, jangan kalian berbuat zhalim.” (HR at-Tirmidzi)

Ketiga, manusia yang selalu berperang antara kemahuan dirinya dan kemahuan orang lain, dan juga kemahuan Sang Pencipta. Dia selalu ingin mendapatkan penerimaan semua pihak tetapi tidak rela mengorbankan keinginan dan ambisi atau syahwatnya. Golongan seperti ini selalu diombang-ambingkan dengan ketidakpastian tujuan. Peperangan sengit dan rumit terjadi dalam diri mereka. Yang mampu menemukan dirinya dalam naungan Allah akan selamat, tetapi yang terus tak mampu menemukan skala prioriti akan hidup dalam pederitaan batin dan gejolak pemikiran yang tak berakhir. Allah membuat perumpamaan terhadap orang seperti ini:

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلًا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ الزمر: 29

29.” Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS az-Zumar(39): 29)

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ آخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ. رواه ابن ماجه والحاكم وحسنه الألباني

“Barang siapa yang menjadikan pikiran-pikirannya menjadi satu pikiran yaitu pikiran akhirat, Allah cukupkan masalah dunianya. Dan barang siapa yang pikirannya bercabang-cabang di urusan dunia, Allah tidak perduli di lembah dunia mana dia akan binasa.” (HR Ibnu Majah dan al-Hakim dihasankan oleh al-Albani)

Semoga Allah menyelamatkan kita dari musibah seperti itu.

Keempat, manusia yang menenggelamkan dirinya dalam keinginan Sang Pencipta. Dia hanya menginginkan keridhaan Allah. Dia tahu bahawa dia hanya makhluk yang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Manusia golongan ini adalah manusia luhur dan suci. Mereka menghayati firman Allah “Katakanlah bahawa sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam.”

Tetapi beberapa tentangan serius menghadapi mereka. Tidak sedikit kegagalan terjadi jika anak Adam ini tidak berhasil menghadapi tentangan-tentangan tersebut.

Tentangan pertama adalah tentangan pemahaman. Sejauh mana anak manusia memahami apa yang Allah SWT tuntut darinya. Berapa banyak orang yang serius beribadah bahkan mengorbankan segala yang dia miliki untuk sesuatu hal yang sebetulnya tidak dituntut darinya. Betapa banyak kewajiban ditinggalkan karena melaksanakan ibadah sunah yang tidak prioriti dalam neraca Syariah. Betapa banyak kewajiban kolektif diabaikan padahal itu menyangkut kepentingan umum disebabkan sang manusia lebih asyik dengan ibadah personal yang bahagiannya boleh dikurangkan. Betapa banyak bid’ah yang dianggap sunnah. Betapa banyak sunnah yang dianggap bid’ah.

Tanpa berpegang teguh pada pemahaman yang benar terhadap Qur’an dan Sunnah, sangat sulit seorang muslim dapat dengan tepat melaksanakan peranan dan tugas yang dituntut darinya.

Kesalahan yang paling parah adalah yang terjadi pada golongan yang menganggap bahawa penyerahan diri terhadap Allah adalah bersikap fatal atau yang dikenal dengan kaum Jabbariyah. Bahwa manusia hanya dituntut menyerah pada takdir, tidak perlu berusaha atau merencanakan masa depan yang baik. Iman kepada takdir mereka fahami sebagai sikap pasif terhadap usaha perubahan.

Umar bin Khaththab pernah begitu gusar dengan pemahaman seperti ini, ketika beliau dan beberapa sahabat hendak memasuki daerah yang dilanda wabak. Setelah bermusyawarah akhirnya diputuskan untuk membatalkan kunjungan ke daerah tersebut. Salah seorang sahabat menentang keputusan itu, dan berkata, “Apakah kita lari dari takdir Allah?” Umar bin Khaththab terkejut dengan tanggapan tersebut, lalu menjawab, “Ya kita lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain.”

Allah mengecam orang-orang yang menggunakan takdir sebagai alasan untuk tidak melaksanakan hal-hal yang seharusnya. Allah berfirman:

سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آَبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتَّى ذَاقُوا بَأْسَنَا قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ

148. “Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: “Jika Allah menghendaki, niscaya Kami dan bapak-bapak Kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) Kami mengharamkan barang sesuatu apapun.” Demikian pulalah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para Rasul) sampai mereka merasakan siksaan kami. Katakanlah: “Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada kami?” Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta.”(QS al-An’am (6): 148)

Iman kepada takdir adalah kebenaran yang wajib diyakini, tetapi hal itu dimaksudkan agar kita tidak terjajah oleh masa lalu, tersiksa oleh penderitaan masa yang telah lepas, atau tertipu oleh sesuatu yang membuat kita terlena. Allah jelaskan dalam surat al-Hadid apa yang dimaksudkan dengan iman kepada takdir, Allah berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آَتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

22. “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.23. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS al-Hadid (57): 22-23)

Iman kepada takdir membuat seorang muslim tidak tenggelam dalam penderitaan atau tertipu oleh kenikmatan, karena dia sedar bahawa itu semua sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta, Yang Maha Bijaksana dan semua yang Allah tetapkan selalu menyimpan hikmah dan kebijaksanaan. Pendek kata iman kepada takdir dapat menghindarkan sesorang dari pedihnya keputus-asaan dan tipuan kesombongan. Di sisi lain Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berbuat untuk kebaikan dirinya. Rasulullah SAW bersabda:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَان. رواه مسلم

“Bersunguh-sungguhlah meraih hal yang bermanfaat untukmu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan melemah. Jika Sesuatu menimpamu janganlah engkau berkata, ‘jika dulu aku lakukan ini pasti terjadi begini atau begitu.’ Tetapi katakanlah, Allah sudah menakdirkan, dan apa yang Allah kehendaki pasti terjadi. Kerana perkataan ‘kalau’ membuka perbuatan setan[1].” (HR Muslim)

Kesalahfahaman lain yang sering terjadi dalam beribadah juga adalah pemahaman bahwa ibadah hanyalah terbatas pada hal-hal ritual. Banyak umat Islam yang masih belum memahami universaliti Islam, bahawa perintah Allah juga mencakup segala kebaikan di perbagai aspek kehidupan. Dengan ringan tangan banyak muslim yang menginfakkan jutaan ringgit untuk pergi haji atau umrah. Tetapi jumlah seperti itu sulit didapatkan untuk membangun projek-projek yang berkaitan dengan kemaslahatan bersama. Umat Islam sedar kalau sholat mereka batal kalau mereka berhadas, tetapi banyak tidak khuawatir seluruh amalnya batal karena rasuah, kronism dan menipu.

Kesalahfahaman yang juga banyak terjadi adalah berlebih-lebihan dan beragama. Ada yang berwudhu tapi sambil membuang air dengan mumbazir, ada yang sibuk mengucapkan niat sampai tidak bisa mengikuti sholat dengan baik dan khusyu’, ada yang sibuk dengan memendekkan pakaian sampai lupa memperhatikan hati dan memperbaiki akhlak. Ada yang terlalu berlebihan dalam masalah-masalah aqidah sampai mengkafirkan sebahagian besar umat Islam. Ada yang begitu membenci kekafiran tetapi lupa berdakwah dengan hikmah dan nasihat yang baik. Begitu bahayanya sikap berlebih-lebihan dalam agama sampai Rasulullah SAW memperingatkan:

وَإِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ. رواه النسائي وابن ماجه والبيهقي والطبراني في الكبير وابن حبان وابن خزيمة وصححه الألباني

“Jauhkan diri kalian dari berlebih-lebihan dalam agama. Sesungguhnya berlebih-lebihan dalam agama telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” (HR an-Nasa’I, Ibnu Majah, al-Baihaqi, at-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah, dan dishahihkan oleh al-Albani)

Begitu banyak kesalahan dalam beribadah terjadi kerana ketidakfahaman terhadap Islam. Sebahagian besar bersumberkan dari jauhnya umat Islam dari pemahaman yang baik terhadap Qur’an dan Sunnah. Jarak yang terjadi bervariasi, mulai dari yang tidak pernah membaca al-Qur’an sama sekali, sampai yang membaca tetapi tidak memahami maknanya. Ada yang memahami sebagian kecil lalu merasa cukup dan merasa sudah pandai, bahkan mengira bahawa Islam hanya terangkum dalam beberapa ayat dan hadith. Ada yang mengaku mengerti al-Qur’an dan meninggalkan Hadith. Ada juga yang serius dengan hadith Nabi SAW tapi justeru meninggalkan al-Qur’an dengan tidak mentadabburi al-Qur’an dengan rutin.

Apakah itu semua terjadi kerana memahami agama Islam itu sulit? Sama sekali tidak. Tetapi siapapun yang menghendaki suatu tempat tapi tidak melalui jalan yang sesuai pasti tidak akan sampai tujuan. Seperti dikatakan oleh seorang penyair:

تَرْجُو النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا إِنَّ السَّفِيْنَةَ لَمْ تَجْرِ عَلَى يَبَسِ

“Kau harap selamat tapi tidak menempuh jalannya

Sesungguhnya bahtera tidak berlayar di atas daratan kering”

Tentangan kedua dalam ibadah adalah diri manusia itu sendiri. Dia berhadapan dengan hawa nafsunya yang sering menggodanya untuk meninggalkan perintah Allah. Dia akan berhadapan godaan dari luar, tetapi semua terkait dengan kekuatan tekad dan keteguhan pendirian hamba Allah tersebut.

Ketika hawa nafsu mengajak kepada hal yang jelas dilarang barangkali masalah menjadi jelas. Yang lebih rumit adalah ketika hawa nafsu mengajak kepada hal yang samar (syubhat), disini dua persoalan merajut satu sama lain sehingga memperumitkan tentangan. Yang lebih rumit lagi adalah ketika hawa nafsu mendapatkan pembenaran yang palsu. Ketika dalil-dalil syar’I yang mutasyabihat (yang samar) dapat digunakan untuk membenarkan pelanggaran.

Semua tentangan itu tidak mudah. Karena itu ibadah seorang hamba tidak akan sempurna tanpa memohon pertolongan Allah. Oleh sebab itu jelas al-Fatihah yang harus diulang-ulang seorang muslim adalah: “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in.” (Kepada Engkau kami menyembah, dan kepada Engkau kami memohon pertolongan). Seorang muslim yang menyembah Allah tanpa memohon pertolongan dari-Nya, nescaya akan terjebak dan terjatuh dalam tentangan-tentangan yang sulit dalam perjalan hidup yang penuh dengan ujian.

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita. Wallahu waliyyut taufiq.
_______________________________________________________________________
[1] Yang dimaksud bahwa kalau membuka amal setan dalam hadits ini adalah menyesali masa lalu dan berandai-andai hingga menyiksa diri, padahal masa lalu tak akan diperbaiki hanya dengan penyesalan dan berndai-andai.

Isnin, 30 Mac 2009

Hidupku.....Pengembala Kambing

Assalamua'laikum warohmatullahi wabarokatuh
Innalhamdulillah......
Amma Ba'du,

Alhamdulillah, aku kini kembali untuk menulis di blog usang kepunyaanku ini (usang kerana dah lama tak nulis weiiii....!!!)

Aku kini sibuk untuk mengembala kambing....Haaaa kambing??
Ya aku kini menjadi pengembala kambing....Alhamdulillah kini kandangku dah diisi dengan 15 ekor kambing....

3 ekor jamnapari, 7 ekor kambing kampung, dan 5 ekor jenis feral. (Alamak dah macam nak citer tentang kambing lak)

Tujuan ku bukan nak bercerita tentang kambing peliharaan ku semata, namun untuk kita bersama mengambil pengajaran daripada binatang yang Allah jadikan untuk kita iaitu kambing!!!!

Dalam nak membela, sesetengah orang tu sangat rajin, ya sangat rajin pada awalnya, namun makin menurun semangatnya dalam menjalani hari, makin kering kesungguhannya, makin futur gerak kerjanya dalam nak membela kambing.

Ikhwah fillahu taala,
aku sebagai penternak kambing, sekiranya aku tidak memberi kambing ku makan, maka tiada sesiapa lagi yang akan memberinya makan. Sekiranya aku malas untuk bergerak 'mencerut' (baca : menyabit) rumput maka tiada sesiapa yang akan mencerutnya untuk ku.
Ikhwah yang aku cintai,
Cuba kita perhatikan akan gerak kerja kita dalam dakwah. Sebelumnya aku ingin mengingatkan ikhwah sekalian bahawa aku bukanlah orang yang hebat kiprahnya (baca : penglibatan) dalam dakwah. Namun mungkin dengan tulisan ini dapat aku boost-up kerja-kerja dakwah ku yang mendatang.
Ya kembali kepada pembicaraan kita tentang pengajaran daripada cerita kambing tadi, maka bersama kita fikirkan, ikhwah ku sekalian, umat ini sekarang sedang kelaparan, umat ini sedang kehausan, umat sedang dalam kepenatan dek kerana penangan dunia yang begitu kejam. Justeru umat kini sedang menunggu-nunggu untuk mendapatkan siraman air yang sejuk, nyaman, dan memberikan kesegaran dalam tubuh umat.
Air yang bisa mengalir kedalam dada umat, membersihkan dada umat ini daripada kekotoran dan penyakit yang sudah sekian lama membelenggu. Tubuh umat ini sudah cukup parah dan bernanah dengan segala macam penyakit yang bersarang. Lalu kitalah yang perlu menyalirkan air kepada umat, kitalah yang Allah berikan tanggungjawab untuk membawakan segelas air kepada umat ini. Kitalah yang Allah berikan telaga untuk kita kemudiannya segara bijak membagikan air telaga itu kepada seluruh manusia yang sedang kehausan yang berada di sekeliling kita.
Jika bukan kita, siapa lagi? jika bukan kita siapa lagi yang bisa mengekang umat daripada terus tersiksa dengan segala kudis dan kusta dikulit umat ini? Maha suci Allah yang telah memberikan peringatan kepada kita dengan peringatan yang sangat banyak. Memberikan perumpamaan kepada orang yang menyeru pada jalan Allah itu sebagai umat yang terbaik seperti mana dalam surah ali-Imraan :

"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (kerana kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf (kebaikan) dan mencegah dari yang mungkar (keburukan), dan beriman kepada Allah".
(Ali Imraan (3) : 110)

Ayat yang masyhur dikalangan para aktivis dakwah. Namun sejauh mana tuntutan ayat tersebut yang sudah kita lakukan, hak ayat tersebut untuk kita amalkan? (Ya Allah berikanlah aku kekuatan untuk beramal dgn ayat ini)

Maka ikhwah fillah rahimakumullah, belajarlah daripada apa yang ada disekitar kita, ambillah sebanyak mana hikmah yang bisa kita reguk daripada sumber yang suci dan murni (al-Quran dan Sunnah) dab berbagilah ia kepada umat di sekeliling mu. Mungkin kita tidak pandai berbicara, bisa saja menggunakan pena untuk memberikan air mujarak kepada umat. Tidak pandai menggunakan pena, gunakan segala yang ALLAH berikan hatta secangkir senyuman juga sangat bermanfaat dalam memberikan air yang mujarab yang insyaAllah akan mengubati penyakit umat ini....

Wassalamua'laikum warohmatullah.


Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by ArchitecturesDesign.Com Beautiful Architecture Homes